Fatimah, pendiri brand Cardimus, sudah membuktikannya. Dari dapur percobaan sederhana, ia kini mampu memproduksi hingga 2,5 ton black garlic per bulan dengan perkiraan keuntungan bersih mencapai Rp400 juta. Cerita suksesnya bukan hanya soal omzet besar, tapi juga bagaimana inovasi sederhana bisa membuka peluang usaha baru bagi pelaku UMKM.
Perjalanan Fatimah dimulai ketika ia “pulang” ke almamaternya, IPB, untuk mengelola Toko Serambi Botani yang menjual hasil penelitian dosen. Pada 2010, ia dikenalkan dengan black garlic oleh seorang pria lanjut usia.
Rasa unik dan manfaat kesehatannya membuat Fatimah tertarik mengembangkannya lebih serius. Respons konsumen ternyata luar biasa, hingga akhirnya ia mendirikan PT Alam Scientia dengan brand Cardimus pada 2015.
Black garlic sendiri hanyalah bawang putih yang difermentasi pada suhu dan waktu tertentu, tetapi hasil akhirnya benar-benar berbeda. Tekstur jadi lebih lembut, rasanya berubah manis-asam, dan manfaatnya berlipat ganda.
Penelitian menunjukkan bawang hitam dapat membantu meningkatkan daya ingat, mengontrol gula darah, bahkan aman dikonsumsi penderita asam lambung. Dengan tren gaya hidup sehat yang terus meningkat, produk ini segera mendapat tempat di hati konsumen.
Fatimah tidak berhenti di satu produk. Ia mengembangkan varian lain seperti ekstrak, pasta, hingga suplemen kesehatan, terinspirasi oleh riset di Korea dan Tiongkok.
Diversifikasi ini membuat produknya bisa menjangkau berbagai segmen, termasuk anak muda yang mencari pilihan gaya hidup sehat. Dari sinilah terlihat bahwa peluang usaha bukan hanya soal menemukan produk unik, tetapi juga soal bagaimana mengolahnya agar relevan dengan tren pasar.
Yang menarik, bisnis black garlic tidak hanya menjanjikan pasar domestik. Cardimus sudah berhasil menembus ekspor ke Brunei Darussalam, Australia, Malaysia, dan Singapura.
Dukungan dari Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) membuat Fatimah semakin percaya diri. Dari pelatihan manajemen hingga akses ke pameran internasional, semua membantu produknya dikenal lebih luas.
Tebus pasar ekspor
Melalui pelatihan SETC, Fatimah mengaku mendapat banyak ilmu termasuk tips menembus pasar ekspor hingga pengembangan sumber daya manusia. Fatimah juga mendapat bantuan SETC saat mengikuti China International Import Export tahun 2023.“Pada saat itu karena track record kami cukup bagus, akhirnya kami ajukan pendanaan untuk tiket pesawat, akomodasi, dan lain-lain di-support oleh SETC. Kami sebagai pengusaha UMKM juga sangat perlu pendampingan, di-upgrade lagi ilmunya. Walau usia saya sudah segini, tapi belajar itu penting dan networking yang kedua,” ucap perempuan berusia 60 tahun ini.
Bagi pelaku UMKM, kisah ini menunjukkan bahwa bahan sederhana seperti bawang putih bisa diolah menjadi produk bernilai tinggi, bahkan punya daya saing global. Dengan inovasi, keberanian mencoba, dan kemauan belajar, peluang bisnis seperti black garlic bisa digarap siapa saja.
Fatimah yang kini berusia 60 tahun percaya kunci kesuksesan ada pada mindset. Ia selalu berpesan bahwa pengusaha harus berani bermimpi besar dan tidak mudah menyerah.
“Pertama harus punya mindset untuk maju, punya impian untuk bisa. Misal, saya harus bisa ekspor ke sana, enggak boleh menyerah, meski kerap kali enggak dapet, tapi harus terus berusaha, gunakan seluruh hati dan pikirin untuk mencapai tujuan,” ucap dia.
Black garlic hanyalah satu contoh. Masih banyak bahan lokal lain yang menunggu diolah dengan sentuhan kreatif. Dan bagi UMKM, peluang ini bisa jadi jalan untuk bukan hanya bertahan, tetapi juga tumbuh hingga menembus pasar dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News