Ilustrasi genera
Ilustrasi genera

Bentuk Karakter Tangguh, Orang Tua Yuk Kenali Karakteristik Gen Z

Renatha Swasty • 16 Mei 2025 21:06
Jakarta: Generasi Z menjadi salah satu kelompok penduduk usia produktif paling dominan di Indonesia saat ini. Mereka memiliki banyak keunggulan, seperti kemampuan adaptasi teknologi yang tinggi, orientasi pada tujuan, dan rasa percaya diri yang besar. 
 
Pakar Psikologi Klinis dari FKKMK UGM, Yayi Suryo Prabandari, menegaskan penting bagi orang tua yang memiliki anak Gen Z untuk mengenal karakteristiknya. Ini agar mereka mendapat pengasuhan yang tepat. 
 
“Orang tua perlu membimbing anak dengan benar sesuai karakteristiknya,” ujar Yayi dalam seminar parenting yang diinisiasi Persatuan Orang Tua Mahasiswa (POTMA) Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) bertajuk “Membangun Karakter Tangguh Generasi Z” dikutip dari laman ugm.ac.id, Jumat, 16 Mei 2025. 

Yayi memaparkan karakteristik Gen Z lebih optimistis dibandingkan dengan generasi sebelumnya karena mereka sangat percaya diri. Kepercayaan diri Gen Z tinggi dan ambisi mereka besar. 
 
Meski begitu, beberapa perlu disadarkan tentang kemampuan mereka agar tidak berdampak pada kesehatan mental mereka. Gen Z sangat rentan terhadap tekanan sosial dan emosional, terutama karena pengaruh media sosial yang begitu besar dalam kehidupan sehari-hari yang memicu fenomena Fear of Missing Out (FOMO) yang berdampak pada kesehatan mental seperti kecemasan, stres, bahkan depresi. 
 
Salah satu contohnya ketika terjadi tekanan sosial dalam menyelesaikan studi mahasiswa. Maka dari itu, dukungan dari orang tua dan lingkungan menjadi sangat penting dalam membentuk kepribadian dan emosional Gen Z.
 
Baca juga: Gen Z vs Milenial, Siapa yang Lebih Santai, Siapa yang Lebih Serius? Yuk, Cek Bedanya!

Di bidang pendidikan, Generasi Z menunjukkan preferensi sendiri terhadap metode belajar personal, interaktif, dan berbasis teknologi. Mereka cenderung tidak tertarik pada metode ceramah konvensional dan lebih menyukai penggunaan Learning Management System (LMS), video interaktif, hingga platform digital. 
 
“Jadi, salah satu kajian menunjukkan bahwa Generasi Z lebih suka pembelajaran berbasis grafik, tidak suka lecture. Kalau dosennya ngomongnya monoton menurutnya itu membosankan. Jadi mereka senang feedback dan lebih suka belajar yang di-custom,” jelas Yayi.
 
Ia juga menyoroti pentingnya memahami anak-anak saat ini tidak hanya ingin ‘menjadi seperti orang tua mereka’, tetapi mencari jati diri dan jalan mereka sendiri. Maka, orang tua diharapkan tidak membandingkan masa lalu dengan masa kini, melainkan mencoba memahami realitas dan tantangan yang dihadapi anak-anak saat ini. 
 
“Orang tua mahasiswa-mahasiswi, memang kita perlu bersabar dengan generasi setelah kita. Oleh karena itu, Bapak-Ibu perlu penyesuaian. Namun, seperti yang saya sampaikan tadi, Generasi Z sebenarnya senang diajak komunikasi dan lebih baik dilakukan dengan cara diskusi dan dialog,” tutur dia.
 
Ketua POTMA Fakultas Peternakan UGM, Cossa Rusmala Dewi Tamia, mengakui orang tua mahasiswa perlu mendapat pengetahuan mendalam soal pendampingan terhadap anak selama menempuh studi di pendidikan tinggi. “Kami meyakini bahwa pemberdayaan orang tua akan berkontribusi pada kesuksesan mahasiswa dan melahirkan generasi muda yang lebih siap dalam menghadapi masa depan,” kata dia. 
 
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fapet UGM, R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, mengakui kesehatan mental menjadi salah satu faktor yang memengaruhi proses belajar mahasiswa. “Kita berharap dari seminar ini nantinya para orang tua juga dapat belajar bagaimana caranya untuk bisa ikut mendampingi dan mendorong semangat belajar anak-anaknya,” ujar Ahmad.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan