“Kalau di Indonesia dan Maroko terdapat perbedaan antara Idulfitri dan Iduladha. Kalau Iduladha di Maroko itu justru lebih meriah dibandingkan dengan Idulfitri,” beber Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Maroko, Jundi Abdurrahman, dikutip dari laman muhammadiyah.or.id, Selasa, 1 April 2025.
Di Indonesia, banyak pasar dan toko-toko mulai tutup jelang Idulfitri tapi saat Iduladha tetap buka. Nah, ini berbanding terbalik ketika di Maroko.
Biasanya, ketika Iduladha justru mulai stok bahan makanan 2 minggu sebelum Iduladha. Sebab, mendekati Iduladha toko-toko atau pasar sudah mulai tutup.
"Lalu untuk acara Idulfitri sendiri, di sini itu sekadar seremonial saja ketika di Hari H,” beber dia.
Jundi menyebut warga negara Indonesia (WNI) khususnya mahasiswa biasa merayakan Idulfitri di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Rabat. “Bukan hanya itu, mahasiswa Indonesia di negara ini tersebar di berbagai kota. Contohnya saya yang dari kota Casablanca, membutuhkan waktu sekitar satu jam menuju KBRI Rabat dengan menaiki kereta,” tutur Jundi.
Baca juga: Perayaan Unik Idulfitri di Tunisia, Ngafe Usai Salat Id |
KBRI Maroko berperan penting memfasilitasi perayaan Idulfitri bagi WNI. Setiap tahun, KBRI menyelenggarakan Idulfitri disertai ramah tamah dengan menyajikan hidangan khas Indonesia.
“Dalam persiapan Idulfitri itu biasanya ada dua agenda yaitu salat Id dan yang kedua adalah acara ramah tamah dan silaturahmi. Lalu, setiap tahun biasanya KBRI menunjuk perwakilan dari PCIM atau PCINU untuk menjadi imam dan bilal dalam salat Id,” ungkap dia.
Meskipun Idulfitri di Maroko tidak semeriah saat Iduladha, namun masyarakat tetap merayakan Idulfitri dengan tradisi sendiri. Jundi mengungkapkan ada beberapa kesamaan masyarakat Maroko dengan Indonesia.
“Mereka mengenakan pakaian baru untuk salat Idulfitri dan bersilaturahmi dengan keluarga. Uniknya, perempuan Maroko juga dipakaikan henna sebagai bagian dari perayaan,” beber dia.
Jundi sempat menanyakan kepada teman Marokonya terkait tradisi Mudik. Ia menyebut tradisi mudik di Maroko cukup unik mengingat masyarakat mayoritas mudik ketika orang tua masih di kampung halaman.
Namun, bagi yang orang tuanya telah tiada, mereka lebih memilih tetap tinggal dan bersilaturahmi dengan keluarga melalui telepon. Dengan berbagai perbedaan dan tantangan yang ada, perayaan Idulfitri di Maroko tetap menjadi momen penting bagi masyarakat muslim setempat, termasuk WNI dan komunitas mahasiswa Indonesia yang tetap menjalin silaturahmi dalam kebersamaan di negeri perantauan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News