Tim Bayu Sakti di kompetisi WRS 2025. DOK
Tim Bayu Sakti di kompetisi WRS 2025. DOK

Tim Paling Muda, Siswa SMA Indonesia Tembus 4 Besar Dunia Kompetisi Robot Internasional Bergengsi di Jepang

Renatha Swasty • 13 Oktober 2025 16:03
Jakarta: Sebanyak tiga pelajar SMA asal Indonesia yang tergabung dalam Tim Bayu Sakti menembus empat besar dunia dalam kompetisi robot internasional World Robot Summit (WRS) di Fukushima, Jepang untuk kategori Disaster Robotics Drone. Ajang bergengsi ini diselenggarakan oleh Fukushima Institute for Research, Education and Inovation (FREI) bersama Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang dan diikuti ahli robotika dari berbagai negara pada 10-12 Oktober 2025. 
 
Tim Bayu Sakti terdiri dari atas Ksatria Wibawa Putra Murti (16), Owen Tay Jia Hao (16) dari ACS Jakarta, dan Arga Wibawa (18) dari SMA Al Irysad yang baru lulus kelas 12. Mereka bertanding dalam kategori Robot Tantangan Bencana Alam (Disaster Challenge), tepatnya Standard Disaster Robotics Drone Challenge, yang menguji kemampuan otonomi, pemetaan, dan manuver drone dalam simulasi bencana.
 
“Ini melampaui ekspektasi kami. Target kami adalah lolos masuk ke WRS dengan membawa nama baik Indonesia. Nyatanya kami bisa lolos hingga final dan bahkan urutan 4 teratas,” kata Ketua Tim Bayu Sakti, Ksatria, dalam keterangan tertulis, Senin, 13 Oktober 2025. 

Capaian ini spesial sebab sebagai tim termuda, Bayu Sakti mengalahkan tim-tim lain yang beranggotakan mahasiswa atau peneliti dengan peralatan dan pengalaman lebih banyak. “Sebagai tim paling muda, hasil Bayu Sakti membuktikan bahwa SDM Indonesia bisa bersaing ketat dengan SDM negara-negara maju,” ujar  Arga.
 
Dalam kompetisi ini, tim Bayu Sakti menampilkan drone Rajawali, sebuah drone bertenaga kecerdasan buatan (autonomous AI-powered disaster response unmanned aerial vehicle), yang mampu melakukan pemetaan area bencana, bergerak secara mandiri (autonomous), dan mampu mendeteksi beberapa indikator yang muncul saat bencana seperti retakan, label hazard, karat, dan serangkaian tantangan lainnya. 
 
Drone Rajawali dikembangkan selama enam bulan spesifik untuk bersaing di kompetisi Disaster Robotics Drone Challenge WRS 2025. Ksatria mengungkapkan alasan mengembangkan drone Rajawali karena Indonesia adalah negera rawan bencana. 
 
“Kami mau mengembangkan solusi nyata untuk menjawab permasalahan ini. Karena ditandingkan dengan solusi negara lain, ini menjadi ajang pembuktian bahwa Indonesia bisa mengembangkan teknologi ini secara berkualitas dan mandiri,” ujar Ksatria.  
 
Sementara itu, Owen mengatakan drone buatan mereka baru tahap awal. Dia berharap bisa terus mengembangkannya sehingga Indonesia mempunyai kemandirian teknologi di bidang penanggulangan bencana.
 
WRS merupakan kompetisi dan pameran robotika internasional bergengsi yang dirancang mempercepat, riset, inovasi dan implementasi sistem robotika di dunia nyata. Tidak semua tim bisa otomatis berpartisipasi dalam WRS 2025. 
 
Untuk berpartisipasi dalam WRS 2025, tim Bayu Sakti harus lolos dari kualifikasi desain robot WRS yang sulit. WRS terdiri atas berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan dengan tujuan menciptakan inovasi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. 
 
Puncak acara WRS adalah kompetisi robot. Tim dari berbagai negara datang untuk menyelesaikan tantangan dengan menggunakan robot dengan teknologi paling mutakhir. 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan