Temu Media Institut Leimena. Foto: Medcom
Temu Media Institut Leimena. Foto: Medcom

Deep Learning dan Kurikulum Cinta Jadi Modal Pendidikan Indonesia Cemerlang

Citra Larasati • 27 Maret 2025 19:55
Jakarta:  Pemerintah tengah memperbaiki sistem pendidikan Indonesia agar selaras mengikuti zaman yang kian progresif dan berkembang. Usaha ini ditunjukkan dengan hadirnya metode Deep Learning dan Kurikulum Cinta yang dirancang dengan kolaborasi antara Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dan Kementerian Agama (Kemenag). 
 
Untuk dapat mengimplementasikan kedua metode ini, diperlukan adanya penguatan kompetensi guru.  Kebutuhan tersebut kemudian didukung dengan program Literasi Keagamaan Lintas budaya (LKLB).
 
Hal ini disampaikan dalam acara temu media Institut Leimena pada hari Jumat, 21 Maret 2025, oleh Amin Abdullah, Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Pancasila (BPIP) sekaligus Senior Fellow Institut Leimena.  Dihadiri narasumber lainnya, yaitu Staf Khusus Mendikdasmen, Arif Jamali Muis, Koordinator Staf Khusus Menag, Farid F. Saenong, Presidium Dewan Gereja-gereja Sedunia, Henriette Lebang, dan Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho.

Amin menjelaskan, program LKLB juga ikut mendukung BPIP untuk menghidupkan kembali karakter pancasila pada generasi muda. Dalam LKLB guru akan dilatih tiga kompetensi dalam membangun relasi dengan orang lain yang berbeda agama dan budaya, yaitu kompetensi pribadi (memahami agama sendiri secara utuh), kompetensi komparatif (memahami agama lain dalam memaknai hubungan dengan sesama yang berbeda), dan kompetensi kolaboratif (kerja sama terlepas dari perbedaan yang ada).
 
“Kombinasi kompetensi pribadi dan kompetensi komparatif, tujuannya kompetensi kolaborasi. Jadi masyarakat Indonesia yang plural jangan sampai membenci penganut agama lain. Ajaran agama apapun tidak boleh membenci penganut agama lain atau mengkafir-kafirkan,” kata Amin.
 
Melalui ini Amin berharap metode Deep Learning dengan pembelajaran yang menyenangkan dapat diterapkan dengan dukungan program LKLB yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan seperti toleransi, menghormati orang lain, dan kerja sama.
 
Staf Khusus Mendikdasmen, Arif Jamali juga menambahkan, kompetensi LKLB sejalan dengan usaha penerapan metode Deep Learning. Karena metode ini bertujuan untuk mewujudkan pembelajaran dengan menambah karakteristik pedagogi.
 
“Pembelajaran mendalam merupakan pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik,” ucap Arif.
 
Kolaborasi antara Kemenag dan Kemendikdasmen dengan kerja sama LKLB sudah dimulai sejak 2021, disampaikan oleh Koordinator Staf Khusus Menag, Farid F. Saenong. Ia menyampaikan kehadiran Kurikulum Cinta menjadi momentum untuk semakin memperkuat kompetensi guru melalui program LKLB.
 
“Ini akan menjadi kekuatan besar yang harus kita manfaatkan dalam makna positif, agar cita-cita kita bersama untuk menciptakan kehidupan damai, toleran di Indonesia bisa terwujud,” ucap Farid.
 
Kurikulum Cinta memiliki fondasi berisi substansi, nilai, karakter, dan konten yang akan mendominasi semua proses belajar mengajar. Penjelasan lebih lanjut, Kurikulum Cinta masih dalam tahap uji publik, sehingga masih menerima masukan dari berbagai pihak.
 
Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, menyampaikan program Literasi Keagamaan Lintas Budaya akan menghasilkan modal sosial dalam masyarakat majemuk. Modal sosial tersebut adalah rasa saling percaya. Berdasarkan data penelitian, rasa saling percaya dan kerja sama seperti sebuah lingkaran. Keduanya saling berkaitan, dan menghasilkan lingkaran yang baik.
 
Rasa percaya akan menciptakan kerja sama, dengan kerja sama akan semakin memperkuat rasa saling percaya. “Jika masyarakat majemuk masuk dalam lingkaran yang buruk, maka bisa dengan cepat terjadi perpecahan sosial. Itu sebabnya program LKLB sebagai upaya mendorong lingkaran positif. Meningkatkan kerja sama untuk membangun rasa saling percaya, Semoga pendekatan ini ikut mendukung program Kemenag dan Kemendikdasmen,” ucap Matius Ho. 
 
Program LKLB sudah dijalankan secara masif dan menghasilkan 9.383 alumni pelatihan yang tersebar di  37 provinsi Indonesia. Pendidik yang terlibat didorong menerapkan secara konkret kompetensi LKLB lewat pembelajaran di kelas.
Baca juga: Apa Perbedaan Deep Learning dengan Project Based Learning? Ini Penjelasannya

Presdium Dewan Gereja-gereja Sedunia, Henrietta Lebang sangat mendukung adanya Kurikulum Cinta. Henrietta berpendapat Kurikulum Cinta dapat menyentuh spiritualitas peserta didik, melalui Kurikulum Cinta pelajaran lainnya terutama pelajaran agama tidak hanya dihafalkan semata tetapi juga dihayati, termasuk dalam relasi dengan orang lain yang berbeda.
 
“Kurikulum Cinta dan Deep Learning sebenarnya usaha mengubah paradigma dalam pendidikan. Bagaimana proses pendidikan bukan kepada kurikulumnya, tapi lebih kepada konten dan nilai-nilai yang ingin dibangun,” ucap Henriette.
 
Melalui program LKLB ini diharapkan kompetensi guru dapat meningkat dan dapat menyukseskan Kurikulum Cinta dan Deep Learning. Dengan pendekatan karakteristik pedagogi dan terciptanya relasi melalui kerja sama dan kompetensi kolaboratif dapat menghasilkan masyarakat beragam yang cerdas, harmonis, dan bersatu. (Alfi Loya Zirga)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan