Wamendiktisaintek Stella Christie saat menghadiri Pameran Hasil Riset, Inovasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (PRIMA) di ITB. DOK Kemendiktisaintek
Wamendiktisaintek Stella Christie saat menghadiri Pameran Hasil Riset, Inovasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (PRIMA) di ITB. DOK Kemendiktisaintek

Wamen Stella Christie Ungkap Strategi Membangun Budaya Ilmiah Unggul

Renatha Swasty • 17 Desember 2024 12:02
Jakarta: Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie, mengungkap strategi yang dapat dilakukan untuk membangun budaya ilmiah unggul di Indonesia. Hal itu mengemuka saat menghadiri Pameran Hasil Riset, Inovasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (PRIMA) Institut Teknologi Bandung (ITB) di Aula Timur dan Barat ITB, Bandung pada Senin, 16 Desember 2024.
 
Menurutnya, budaya ilmiah unggul tidak dapat terbentuk dengan sendirinya. Melainkan, diciptakan melalui upaya bersama dengan melibatkan partisipasi dari berbagai pemangku kepentingan.
 
“Kompetisi dan kolaborasi adalah tulang punggung. Tanpa keduanya, kita tidak bisa mewujudkan budaya ilmiah unggul,” tegas Stella dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Selasa, 17 Desember 2024.

Stella menuturkan untuk menciptakan kompetisi dan kolaborasi dapat dilakukan dengan menyediakan sistem insentif, baik dalam bentuk finansial maupun nonfinansial. Insentif finansial, yakni berupa bantuan dana langsung terhadap peneliti utama (principal investigator).
 
“Tanpa insentif, peneliti tidak bisa melakukan penelitian yang kompetitif dan unggul. Sebagai contoh konkret, di Tiongkok, pemberian insentif mencapai 15-20 persen dari total pendanaan,” tutur Stella.
 
Stella juga menyoroti pentingnya insentif nonfinansial, seperti penyederhanaan proses administrasi. Menurutnya, proses administrasi seharusnya bertujuan untuk memfasilitasi penelitian, bukan membatasi peneliti.
 
Baca juga: Stella Christie Ungkap Dana Riset Banyak Tak Terserap Kampus Karena Administrasi Ribet

“Peneliti adalah pihak yang paling memahami topik yang sedang diteliti. Oleh karena itu, mereka tidak perlu dibebani dengan proses administrasi yang rumit. Jika diperumit bagaimana kita sebagai peneliti bisa fokus pada penelitian?” kata Stella.
 
Stella menyebut insentif nonfinansial dapat mencakup bantuan pengemasan riset oleh universitas. Selain itu, ia juga menyebutkan pentingnya memiliki sistem peninjauan (review) yang kredibel dan transparan.
 
Sistem tersebut dapat diterapkan melalui metode double-blind review di mana reviewer tidak mengetahui identitas penulis proposal, begitu pula sebaliknya. Berbagai strategi ini dapat dijalankan dengan kolaborasi berbagai pihak.
 
Kementerian membutuhkan dukungan dari lembaga lain, kementerian terkait, serta universitas untuk menciptakan ekosistem riset yang unggul. “Kolaborasi antarinstansi pemerintah diperlukan untuk membuat sistem terkait insentif finansial maupun sistem review melalui peraturan dan undang-undang. Di sisi lain, universitas dapat berkontribusi dengan menyederhanakan proses administrasi dan membantu pengemasan hasil riset,” jelas Stella.
 
Ia juga menekankan hubungan saling mendukung, antara pemerintah dan perguruan tinggi dalam menciptakan ekosistem penelitian yang unggul. Hasil penelitian yang unggul merupakan aset negara.
 
"Untuk itulah penting memiliki kolaborasi yang baik antara pemerintah dan perguruan tinggi. Negara yang maju dalam bidang ekonomi tidak terlepas dari peran peningkatan sains dan teknologi. Tanpa budaya ilmiah yang unggul, kita tidak bisa pula mencapai ekonomi yang unggul,” tutur Stella.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan