Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian. DOK Perpusnas
Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian. DOK Perpusnas

Pahami Yuk, Ini Bedanya Naskah Kuno dan Buku Lama

Renatha Swasty • 28 November 2025 11:20
Jakarta: Tidak semua buku tua dapat dikategorikan sebagai naskah kuno karena ada sejumlah kriteria khusus yang membedakan naskah kuno dengan buku lama biasa. Perbedaan ini patut dipahami masyarakat agar tidak keliru dalam mengidentifikasi warisan budaya bangsa.
 
Dilansir dari akun Instagram @preservasi.perpusnas, naskah kuno memiliki karakteristik unik. Contohnya, naskah kuno harus ditulis tangan, menggunakan media tulis tradisional, serta memakai bahasa dan aksara daerah atau kuno seperti Jawi, Pegon, Rejang, Jawa, Bugis atau Makassar dan lain-lainnya.
 
Nah, apa saja ya yang membedakan naskah kuno dengan buku lama biasa? Berikut perbedaannya:

5 perbedaan naskah kuno dan buku lama

1. Cara pembuatan

Naskah kuno umumnya ditulis manual atau tulis tangan sebelum hadirnya era percetakan modern. Proses pembuatannya membutuhkan ketelitian tinggi dan waktu lama karena dikerjakan oleh penulis naskah atau penyalin profesional.

Sementara itu, buku tua biasanya dicetak menggunakan mesin cetak, hasil dari mesin cetak yang sudah diproduksi secara massal. Meskipun sama-sama berusia tua, buku cetak tidak memiliki keunikan yang sama dengan naskah tulis tangan.

2. Media tulis yang digunakan

Media tulis naskah kuno sangat bervariasi dan tradisional. Media tulisnya bisa berupa daun lontar, daluang, kulit kayu, atau kertas handmade yang dibuat secara manual dengan teknik tradisional.
 
Hal berbeda dengan buku lama yang menggunakan kertas cetak modern hasil produksi pabrik. Kertas pada buku lama memiliki kualitas yang lebih seragam dan diproduksi dalam jumlah banyak.
   

3. Usia dan periode pembuatan

Biasanya naskah kuno dibuat sebelum abad ke-20. Naskah kuno berisi nilai sejarah, budaya, atau ilmu pengetahuan yang memiliki nilai tinggi dan menjadi sumber informasi penting tentang peradaban masa lalu.
 
Selain itu, di dalamnya tersimpan pengetahuan berusia ratusan tahun, mulai dari adat, agama, pengobatan, hingga rekaman kehidupan masyarakat masa lalu. Setiap naskah menjadi saksi bisu perjalanan sejarah bangsa.

4. Bahasa dan aksara

Selanjutnya, naskah kuno menggunakan aksara daerah atau aksara lama seperti Jawi, Pegon, Rejang, Jawa, Bugis atau Makassar, dan aksara latin ajaan lama. Penggunaan aksara ini menunjukkan kekayaan literasi Nusantara yang beragam.
 
Bahasa dan aksara yang digunakan mencerminkan identitas budaya dan wilayah tempat naskah tersebut dibuat. Hal ini berbeda dengan buku lama yang umumnya sudah menggunakan aksara dan bahasa yang lebih modern dan terstandarisasi.

5. Keunikan dan kelangkaan

Naskah kuno merupakan rekam jejak ingatan bangsa yang biasanya hanya memiliki satu atau beberapa salinan. Setiap naskah memiliki karakteristik unik, seperti gaya tulisan tangan penulis, ilustrasi khusus, atau catatan pinggir yang menambah nilai historisnya.
 
Karena itu, setiap naskah bersifat unik, langka, dan penuh cerita yang tidak dapat digantikan. Berbeda dengan buku lama cetak yang bisa diproduksi dalam jumlah banyak dengan isi yang identik.
 
Apabila Sobat Medcom ingin membaca naskah kuno secara langsung, kamu bisa berkunjung ke Lantai 9, Gedung Layanan Perpustakaan Nasional RI, Medan Merdeka Selatan. Di ruang naskah tersebut terdapat berbagai manuskrip Nusantara yang telah dilestarikan dan dapat diakses untuk penelitian maupun penelusuran pribadi.
 
Nah, itulah lima perbedaan naskah kuno dengan buku lama biasa. Semoga ulasan ini menambah wawasan kamu ya! (Bramcov Stivens Situmeang)

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan