Hal ini membuat buku di Indonesia menjadi barang mewah. Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menanggapi mahalnya harga buku.
"Sebenarnya kita berharap di dalam negeri dulu ya ekosistemnya dihidupkan kembali. Karena memang tantangan-tantangan kita ini adalah digital gitu ya," jelas Fadli Zon di JCC, Jakarta, Rabu, 24 September 2025.
Digitalisasi membuat penerbitan buku fisik menurun dan hal ini menjadi tantangan besar dalam ekosistem membaca. Fadli mengatakan gejala ini juga terjadi di Eropa.
Namun, negara-negara di Eropa terus berupaya mengajak anak muda mau membaca buku. "Di Eropa saya kira ada upaya sekarang kembali orang berusaha mengajak anak muda membaca buku sebagai buku yang dicetak gitu. Jadi tidak hanya digital," sebut dia.
Baca juga: IIBF 2025 Pamerkan Buku dari 20 Negara |
Sebelumnya, Ketua Komisi XIII DPR RI, Willy Aditya, mengkritisi pajak yang dikenakan terhadap buku di Indonesia, baik buku lokal maupun buku impor. Menurutnya, pajak 11 persen terhadap buku sangat tinggi.
Bahkan, hal itu telah membuat buku di Indonesia menjadi barang mewah. "Itu yang membuat ekosistemnya tidak sehat," kata Willy dalam Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu, 20 Agustus 2025.
Willy sangat menyayangkan hal itu. Terlebih, buku adalah alat yang mampu memajukan peradaban sebuah bangsa.
Ia membandingkan harga buku di luar negeri dengan harga buku di Indonesia. Menurutnya, di luar negeri harga buku dapat dibayarkan dengan hitungan gaji satu jam kerja.
"Kalau di Amerika Serikat itu beli buku sama dengan satu jam kerja. Bahkan di Inggris setengah jam kerja. Kalau di sini orang mikir kalau beli buku besok bisa makan atau tidak," ujar Willy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id