Basilika Santa Maria Maggiore. DOK AFP
Basilika Santa Maria Maggiore. DOK AFP

Mengenal Basilika Santa Maria Maggiore, Tempat Paus Fransiskus Bakal Dimakamkan

Renatha Swasty • 22 April 2025 12:13
Jakarta: Pemimpin tertinggi umat Katolik Paus Fransiskus meninggal dalam usia 88 tahun pada 21 April 2025 di Casa Santa Marta, Vatikan. Fransiskus bakal dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore.
 
Sebagai bagian dari tradisi Takhta Suci, Vatikan kini memasuki masa berkabung selama sembilan hari atau Novemdiales. Mengutip dari The Live Nagpur, publik akan diberikan kesempatan memberi penghormatan kepada jenazah Paus Fransiskus.
 
Namun, berbeda dari pendahulunya, jenazahnya tidak akan dipajang di atas panggung atau peti terbuka. Melainkan, tetap di dalam peti sesuai permintaannya akan kesederhanaan.

Pemakaman diperkirakan berlangsung dalam empat hingga enam hari setelah wafat. Basilika Santa Maria Maggiore merupakan lokasi favorit Paus Fransiskus untuk berdoa secara pribadi.
 
Ia juga meminta agar dikuburkan dengan peti kayu tunggal berlapis seng, tanpa tiga lapisan tradisional seperti biasanya. Yuk kita mengenal Basilika Santa Maria Maggiore:
 
Santa Maria Maggiore adalah sebuah Basilika Katolik kuno di kota Roma. Basilika ini merupakan salah satu dari empat basilika penting atau disebut juga empat basilika kepausan, yakni Basilika Santo Yohanes Lateran, Basilika Santo Petrus, dan Basilika Santo Paulus di Luar Tembok.
 
Dilansir dari laman parokisantolukas.org, Basilika ini terletak di Bukit Esquilino (Roma) dan dianggap sebagai tempat ibadat Marianis tertua di Eropa Barat. Basilika Santa Maria Maggiore merupakan satu-satunya basilika yang masih mempertahankan struktur aslinya.
 
Basilika tetap bertahan kuat walaupun mengalami beberapa proyek konstruksi tambahan dan terjadi kerusakan akibat gempa bumi pada tahun 1348. Basilika Santa Maria Maggiore dibangun pada masa kepausan Paus Liberius (352-366) lalu dipugar Paus Sixtus III (432-440).
 
Paus Sixtus III memperluas bangunan itu dan mendedikasikannya kepada Perawan Maria yang dimaklumatkan sebagai Bunda Allah pada Konsili Efesus (431). Paus Fransikus membuka Pintu Suci Basilika Santa Maria Maggiore pada 1 Januari 2016 saat Hari Raya Maria Bunda Allah untuk membuka Tahun Suci Kerahiman Allah. Pintu suci ini diberkati oleh Paus St. Yohanes Paulus II pada 8 Desember 2001.
 
Menurut legenda, Bunda Maria menampakkan diri pada malam hari tanggal 5 Agustus tahun 352 kepada Paus Liberius dan seorang bangsawan Romawi. Dia meminta mereka untuk membangun sebuah Gereja dari sebuah rumah di bukit itu dan pada keesokan harinya mereka mendapatkan salju turun dengan lebat di tengah musim panas.
 
Baca juga: Wasiat Tempat Pemakaman dan Peti Sederhana Paus Fransiskus

Konon, salju lebat menutupi seluruh area yang sekarang menjadi bangunan basilika. Maka, basilika ini pertama bernama “Santa Maria ad Nives” artinya Santa Maria Salju.
 
Perluasan yang dilakukan seabad kemudian mempertahankan bagian tengah dengan kolom-kolomnya serta 36 mosaik yang menghiasi bagian atas kolom-kolomnya. Sekarang, Basilika Santa Maria Maggiore dihiasi dengan lukisan para paus mulai dari St. Petrus sampai Paus Fransiskus.
 
Lonceng Santa Maria Maggiore memiliki ketinggian 75 meter dan tertinggi di Roma. Lonceng ini pertama dibangun tahun 1375-1376 dan selalu ditinggikan sampai mencapai ketinggian sekarang di bawah Kardinal Guglielmo d'Estouteville, pastor paroki basilika pada tahun 1445-1483.
 
Pada tahun 1800-an lonceng ini dilengkapi dengan sebuah jam. Salah satu loncengnya diberi nama “La Sperduta” (Yang Tersesat) dan hanya dibunyikan setelah jam 21.00.
 
Sebuah legenda dari abad XVI menceritakan seorang gembala buta tersesat di padang rumput sekitar Esquilino ketika sedang menggembalakan kawanan dombanya. Ketika hari sudah malam dan sang gembala belum juga kembali, dibunyikanlah lonceng basilika supaya dapat mengarahkannya kembali ke rumah.
 
Sang gembala tidak pernah kembali lagi, namun lonceng tetap dibunyikan untuk memanggilnya. Sejak saat itu, ada kebiasaan membunyikan lonceng La Sperduta pada malam hari.
 
Legenda lain menceritakan seorang peziarah tersesat ketika tiba di kota Roma. Dia memohon doa perantaraan Bunda Maria dan mendengar bunyi lonceng yang membawanya selamat ke Basilika Santa Maria Maggiore.
 
Melansir laman hidupkatolik.com, di sini, ikon kuno Perawan Maria, Salus Populi Romani (Penyelamat Rakyat Roma) yang diyakini sebagai milik Santa Helena, ibu dari kaisar Konstantin, disimpan dan dihormati.
 
Dalam lukisan tersebut tergambar Maria dan Bayi Yesus memegang sebuah buku dan bermahkotakan cahaya dengan sebuah mahkota di atasnya. Mahkota tersebut dipersembahkan oleh Paus Gregorius ke XVI pada tahun 1832 sebagai ungkapan syukur untuk pembebasan kota itu dari wabah kolera.
 
Dikisahkan, ketika Gregorius I menjadi paus (1590-604), kota Roma dilandah wabah. Paus Gregorius membawa lukisan Bunda Suci dengan prosesi dari kapel sampai ke Mausoleum Hadrian, dikenal sebagai Castel Sant’Angelo.
 
Ketika prosesi tiba, mereka mendengar paduan suara tidak terlihat bernyanyi Regina Cael. Paus lalu meminta kepada Sang Perawan Maria untuk berdoa bagi Kota Roma. Dia melihat penampakan Santo Mikael menyarungkan pedang pembalasan dalam sarungnya dan wabah pun mereda.
 
Paus Fransiskus memiliki kebiasaan devosi di tempat ini. Sejak menjabat sebagai paus, ia sering datang untuk menghormati Bunda Maria dan setiap kali melakukan perjalanan internasional, ia selalu datang dan berdoa sebagai seorang anak.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan