Lulusan S3. DOK Medcom
Lulusan S3. DOK Medcom

Laku Kah Lulusan S3 Indonesia Jadi Dosen di Luar Negeri? Simak Peluang dan Tantangannya

Renatha Swasty • 19 Desember 2025 15:00
Jakarta: Bermimpi meniti karier akademik sebagai dosen di negara maju seperti Australia atau Amerika Serikat adalah cita-cita banyak akademisi Indonesia. Namun, seringkali menimbulkan pertanyaan: Apakah ijazah S3 (Doktor) lulusan dalam negeri laku dan mampu bersaing di sana?
 
Menjawab kegelisahan tersebut, Associate Professor of Marketing University of Tasmania, Denni Arli, membedah kenyataan yang harus dihadapi. Menurutnya, peluang tersebut bukan hal mustahil, namun jalannya akan sangat terjal dan sulit.
 
Alasan utama sulitnya tembus menjadi dosen di luar negeri adalah ketatnya persaingan global. Saat sebuah universitas di Australia atau Amerika membuka lowongan dosen, pelamar yang masuk bisa mencapai puluhan orang dengan kualifikasi mentereng.

"Kita akan dibandingkan dengan lulusan-lulusan dari Amerika, Eropa, Australia, New Zealand, hingga Hong Kong. Jadi bukannya S3 Indonesia tidak baik, tapi reputasi internasional kita kalah kalau dibandingkan dengan negara-negara maju tersebut," papar Denni dikutip dari akun Instagram @diarli, Jumat, 19 Desember 2025. 
 
Bagi Sobat Medcom yang saat ini masih menempuh jenjang S2 dan berambisi mengajar di luar negeri, sangat disarankan melanjutkan studi S3 (PhD) di luar negeri demi menyetarakan kualifikasi. Lantas, bagaimana jika sudah terlanjur lulus S3 di Indonesia?
 
Jangan berkecil hati, masih ada jalan 'belakang' yang bisa ditempuh. Salah satunya adalah melamar program Postdoctoral (Postdoc).
 
Kamu harus rajin memantau situs universitas luar negeri untuk mencari lowongan peneliti. Peluang akan lebih besar bila kamu memiliki spesialisasi riset yang unik, misalnya proyek penelitian tentang Asia atau studi kasus Indonesia. Keahlian lokal yang spesifik ini sering kali menjadi nilai jual yang tidak dimiliki lulusan Barat.
 
Selain jalur riset, modal paling kuat untuk menembus batas negara adalah rekam jejak publikasi. Akademisi tersebut menegaskan memiliki satu atau dua jurnal saja tidak cukup.
 
"Kalian harus punya publikasi yang amat sangat baik. Punya beberapa publikasi di jurnal Q1 (kuartil 1), sehingga bisa menunjukkan bahwa meskipun lulusan Indonesia, kualitas riset kita setara global," jelas dia. 
 
Terakhir, syarat mutlak yang tidak bisa ditawar adalah kemampuan bahasa Inggris. Penguasaan bahasa harus berada di level sangat baik (excellent) untuk bisa bersaing di panggung akademik internasional. (Sultan Rafly Dharmawan)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan