Pemerhati Anak dan pendidikan, Retno Listyarti. Foto: Medcom.id
Pemerhati Anak dan pendidikan, Retno Listyarti. Foto: Medcom.id

Hati-Hati, Kekerasan Kian Dianggap Wajar oleh Anak-Anak

Citra Larasati • 05 Maret 2023 14:25
Jakarta:  Kasus kekerasan berupa perundungan atau bullying fisik maupun verbal di lingkungan satuan pendidikan kian menjadi-jadi bahkan dianggap wajar. Di awal tahun saja, Pemerhati Anak dan Pendidikan, Retno Listyarti mencatat sudah terjadi setidaknya 6 kasus perundungan yang mencuri perhatian masyarakat di lingkungan pendidikan.
 
Fenomena berbagai kekerasan berupa perundungan verbal dan fisik yang melibatkan pelaku usia anak menunjukkan bahwa kekerasan adalah keseharian yang dilihat dan bahkan dialami anak-anak. Baik dari pengasuhan di lingkungan keluarga maupun di lingkungan tempat anak bermain dan bersekolah, serta dari media sosial. 
 
Bahkan karena seringnya melihat dan mengalami, lama-lama anak-anak menganggap kekerasan adalah hal yang wajar.  

6 Kasus Kekerasan di Satuan Pendidikan pada Awal 2023:

  1. Santri yang dibakar santri senior di Kabupaten Pasuruan
  2. Kepala Madrasah di Gresik menampar 15 anak karena jajan di luar kantin sekolah
  3. Siswa membawa parang ke sekolah di Samarinda karena marah kepada guru olahraganya
  4. Guru di Garut menampar siswa yang kedapatan merokok
  5. Guru menyuruh anak lain di kelas tersebut menghukum siswa perokok tersebut
  6. Siswa SD (11 tahun) bunuh diri diduga karena dibully tidak memiliki ayah di kabupaten Banyuwangi

Kekerasan Dianggap Wajar

Tidak hanya itu, Retno menambahkan, kasus penganiayaan dengan korban David (17 tahun) yang dilakukan oleh 3 orang pelaku yang salah satunya juga masih usia anak cukup menunjukkan, penyelesaian masalah dengan kekerasan adalah pilihan yang dianggap biasa. Anak bahkan tidak khawatir adanya risiko hukum jika melakukan. 

“Anak adalah peniru ulung, apa yang dia lihat, rasakan dan alami dari lingkungan dia tumbuh dan dibesarkan, dapat dipastikan akan ditiru dalam perilaku dan bagaimana anak menyelesaikan masalah dengan sesama anak, pendekatan kekerasan menjadi pilihan anak," ujar Retno di Jakarta, Minggu, 5 Maret 2023.
 
Retno menegaskan, anak bukanlahmanusia dewasa yang bentuknya mini, tapi anak adalah manusia yang belum dewasa. Sehingga anak tidak mengerti resiko dan kurang berpikir panjang.
 
Oleh karena itu, anak bisa melakukan kesalahan dalam tumbuh kembangnya menjadi dewasa.  “Oleh karena itu, kesalahan anak tidak berdiri sendiri, karena ada faktor pengasuhan keluarga dan lingkungan dia dibesarkan. Pengasuhan keluarga dan di sekolah lah yang seharusnya mengajarkan anak-anak mengetahui hal baik dan buruk. Role model dari orang dewasa sekitar anak akan menentukan anak menjadi baik atau tidak,” ungkap Retno. 
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
 
Baca juga: Ini yang Harus Kamu Lakukan Jika Tahu Teman Terdekat Jadi Korban Perundungan


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan