Ia menegaskan jika nilai buruk terjadi pada murid tertentu, maka guru dapat memperbaikinya. Namun apabila nilai buruk terjadi secara masif, maka hal itu menjadi penanda gagalnya sebuah sistem.
"Ketika nilai matematika ambruk secara nasional, masalahnya bukan di ruang kelas, melainkan di ruang perumusan kebijakan. Ini adalah bukti kegagalan sistem, bukan kegagalan guru,” kata Ubaid dalam keterangannya, Kamis 27 November 2025.
| Baca juga: Ini 3 Analisa Jerome Polin Kenapa Nilai TKA Matematika Jeblok |
Untuk itu, kata dia, kegagalan TKA bukan kesalahan guru semata. Justru ketika menyalahkan guru, maka pemerintah seolah hanya lempar tanggung jawab.
"Ketika kondisi kompetensi yang buruk, dan juga nilai matematika yang jelek terjadi secara masif di seluruh Indonesia, ini jelas merupakan indikator kegagalan sistemik yang dikelola oleh negara, bukan kesalahan guru semata," tegasnya.
Ia meminta agar kegagalan sistemik ini tidak diabaikan pemerintah. Misalnya, dengan mengabaikan akar persoalan yang membelit dunia keguruan.
"Bagaimana mungkin mutu pendidikan merata, jika guru sendiri diperlakukan secara tidak adil? Sistem kasta ini adalah penghinaan dan penghambat utama peningkatan kualitas,” tegas Ubaid.
Diskriminasi struktural antara guru ASN dan honorer, serta antara guru negeri dan swasta, merupakan kebijakan yang memecah belah. Bahkan hal inii dinilai melemahkan martabat profesi guru.
“Bagaimana mungkin mutu pendidikan merata, jika guru sendiri diperlakukan secara tidak adil? Sistem kasta ini adalah penghinaan dan penghambat utama peningkatan kualitas,” tegas Ubaid
| Baca juga: Kemendikdasmen Beberkan 71 Pelanggaran TKA 2025, Live Streaming hingga Jual Beli Soal |
Sebelumnya, Mendikdasmen, Abdul Mu'ti membocorkan hasil TKA Matematika siswa kelas 12. Di mana TKA tersebut baru saja selesai digelar pada awal November 2025 lalu.
"Saya bocorkan di sini walaupun belum taklimat, TKA 2025 kita selenggarakan itu matematikanya juga jeblok, blok, blok, blok," tutur Mu'ti.
Jebloknya nilai matematika itu, kata dia, bukanlah karena kesalahan murid. Namun kemungkinan terjadi karena ada yang salah dalam cara mengajarkan matematika.
"Bukan karena muridnya goblok, bukan. Tapi mungkin cara kita mengajarkannya," tutur Mu'ti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News