Aditya menjelaskan otter sering disebut sebagai berang-berang dan termasuk dalam kelompok mamalia semi-akuatik yang hidup sekitar aliran sungai atau rawa. Secara taksonomi, terdapat dua kelompok berang-berang yang berbeda.
Pertama, otter dari ordo karnivora, yakni mamalia yang bergantung pada konsumsi daging sebagai sumber utama nutrisi. Kedua, beaver dari ordo rodentia sebagai herbivora dengan pola makan berbasis tumbuhan.
Namun, tidak ada populasi beaver yang memiliki habitat di Indonesia. “Otter di Indonesia berhabitat alami berada di tepi aliran air sebagai hewan semi akuatik. Otter akan mencari makan ikan, crustacea, udang, maupun kepiting,” papar Aditya dikutip dari laman unair.ac.id, Sabtu, 8 Maret 2025.
Dia menuturkan di Indonesia terdapat empat jenis otter. Hanya ada satu jenis tanpa status dilindungi oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri LHK Nomor P.106 tahun 2018. Jenis tersebut adalah berang-berang cakar kecil (Aonyx cinereus).
Populasi spesies tersebut mengalami penurunan akibat eksploitasi yang tidak bertanggung jawab. Bahkan, kini telah masuk daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Baca juga: Jangan Cuma Dibasuh, Pakar Unair Bagikan Cara Penanganan Luka Gigitan Hewan |
“Perdagangan hewan eksotik di Indonesia bukanlah 100 persen hasil budi daya. Mayoritas penjual mendapatkan hewan tersebut dari alam. Jangan sampai terjadi eksploitasi untuk hobi yang tidak bertanggung jawab,” tegas dia.
Aditya mengatakan tangkapan otter dewasa langsung dari alam tentu tidak dapat jinak menyeluruh. Naluri liar masih dominan dapat memunculkan serangan berupa cakaran maupun gigitan.
Risiko transmisi zoonosis akibat penjualan tanpa skrining status kesehatan hewan dapat terjadi berupa potensi rabies, bakteri, parasit, dan fungi. “Jika otter berasal habitat alami dan sudah dewasa maka tidak dapat jinak sepenuhnya. Berbeda dengan hasil dari penangkaran ek-situ yang mungkin menurunkan sifat liar menjadi jinak,” tutur dia.
Aditya menyebut masyarakat perlu mengetahui pola hidup dari otter yang terbiasa mengeksplorasi alam. Jangan sampai membuat hewan stres yang berujung membahayakan pemilik, sebab ketidaktahuan akan jenis zoonosis yang akan muncul jika hewan liar tersebut sakit.
Dia mengatakan stres juga akan meningkatkan emosional hewan. Adit mendukung upaya konservasi ek-situ dalam tujuan penyelamatan, pemeliharaan, dan peningkatan populasi meskipun status belum dilindungi.
Aditya juga mendorong peran serta dokter hewan dalam meriset dan mengidentifikasi status kesehatan otter yang kini semakin meningkat sebagai hewan peliharaan eksotik. “Masih jarang riset pada otter menjadi tantangan yang concern skrining, identifikasi, sampai surveilans yang belum ada data detail hingga kini,” tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id