Pantauan Media Indonesia hingga Minggu, 8 Juli 2018, kritik terhadap pengguna SKTM bodong (pengguna adalah keluarga mampu secara ekonomi) terus berdatangan dari orang tua calon siswa baik melalui media sosial maupun protes secara langsung kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Mereka mempertanyakan pengguna SKTM bodong dengan nilai ujian nasional (UN) rendah tetapi dapat diterima di SMA ataupun SMK Negeri secara prioritas, sehingga menggusur calon siswa dengan nilai UN tinggi dari daftar calon yang bakal diterima.
Baca: Antisipasi SKTM Abal-abal, Sekolah akan Survei ke Lapangan
"Anak saya dengan nilai UN 26 lebih, kalah dengan pemilik SKTM yang memiliki nilai UN 15," kata Warga Genuk, Kota Semarang, Damyati.
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, langsung menanggapi kritik yang masuk, dan segera memerintahkan SMA dan SMK Negeri di Jawa Tengah untuk melakukan verifikasi pengguna SKTM.
Langkah verifikasi yang dilakukan sekolah, dengan mengumpulkan pengguna SKTM untuk diberikan sosialisasi supaya jujur. Hingga diberi ancaman pidana dengan menyertakan petugas kepolisian. Sehingga, sebagian pengguna menarik SKTM bodong tersebut.
Baca: Orangtua Memprotes Aturan Gakin dalam PPDB
Beberapa SMA dan SMK Negeri di Brebes, Solo, Semarang, Magelang dan lainnya, seperti di SMA Negeri 1 Brebes memilih cara menurunkan tim untuk mengecek langsung ke rumah pengguna SKTM dan hasilnya cukup mengejutkan, karena pengguna surat sakti, merupakan keluarga kaya.
"Hampir 50% pengguna SKTM ternyata bodong, kami langsung datangi rumah ke rumah dan pengguna SKTM ada yang anak juragan warteg di Jakarta, dan bos bawang memiliki rumah mewah berikut mebel ukir mahal serta mobil pribadi," kata Ketua panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDP) SMA Negeri 1 Brebes, Leksito Rini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News