Guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Mutimmatul Faidah menyebut cinta merupakan anugerah juga naluri dasar manusia yang dibawa sejak lahir. Cinta menjadi anugerah selama berjalan dalam koridor yang dianjurkan agama.
Misalnya, rasa cinta orang tua kepada anaknya, anak kepada orang tuanya, suami atau istri kepada keluarganya, umat agama kepada nabi, rasul, dan Tuhannya. Masalahnya, cinta kerap ternodai nafsu.
Faidah mengatakan cinta buta dan dipenuhi nafsu itu bukan cinta, tetapi nafsu duniawi itu sendiri. Sehingga, yang muncul bukan lagi kasih sayang, tetapi perasaan ingin menguasai dan memenuhi dorongan nafsu.
“Sehingga yang muncul adalah menguasai dan mengekang baik secara fisik maupun psikis dan akhirnya muncul toxic relationship,” kata dosen sekaligus Direktur Pencegahan dan Penanggulangan Isu Strategis (PPIS) Unesa itu dalam Ngabuburit Bareng PPIS bertema Fikih Jatuh Cinta dikutip dari laman unesa.ac.id, Rabu, 5 Maret 2025.
Baca juga: Apakah Perempuan Boleh Mengantar Jenazah ke Makam? Ini Hukumnya dalam Islam |
Dia menuturkan cinta yang fitrah tidak akan merugikan satu sama lain, justru saling menghormati dan meninggikan derajat. Fitrahnya cinta tidak saling menodai sesuai yang disyariatkan agama.
Ekspresi cinta yang diwajibkan antara laki-laki dan perempuan yaitu diikat dalam bentuk pernikahan. Dia mengungkap aktualisasi cinta yang dianjurkan dalam Islam.
Wujud dari cinta di antaranya perhatian, pengorbanan, apresiasi, dan dukungan. Apabila cinta wujudnya hawa nafsu, maka harus membatasi diri.
“Kita sebagai perempuan atau laki-laki misalnya harus punya prinsip dan berani bilang, jangan sentuh aku karena tubuhku adalah kehormatanku,” papar dia.
Banyak kejadian, laki-laki dan perempuan mengikat cintanya dalam bentuk pacaran yang pada umumnya cenderung bermuara pada hubungan tanpa batas layaknya sepasang suami istri.
“Atas nama cinta dalam bentuk pacaran atau apa pun itu, salah satu pihak memaksa pihak lain untuk berhubungan, meminta foto atau video yang tidak senonoh misalnya dan itu bisa menjadi pintu masuknya ancaman, pemerasan, dan lain-lain. Itu bukan cinta, tetapi nafsu,” tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News