Salah satunya, sejarah panjang penjajahan. Indonesia pernah dijajah tiga negara berbeda, yakni Belanda, Inggris, dan Jepang.
Belanda terkenal paling lama menjajah Indonesia, yaitu sekitar 350 tahun. Banyak perlawanan yang dipelopori pahlawan hebat, namun semua perlawanan sebelum abad ke-20 belum berhasil membebaskan Indonesia dari penjajahan.
Melansir dari laman Ruangguru, berikut perang yang terjadi demi membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda sebelum abad ke 20:
Perang Padri
Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dan Kaum Adat terkait pemurnian agama Islam di Sumatra Barat. Kaum Adat masih sering melakukan kebiasaan yang bertentangan dengan Islam, seperti berjudi dan mabuk-mabukan.Oleh sebab itu, Kaum Padri yang terdiri dari ulama menasihati Kaum Adat untuk menghentikan kebiasaan tersebut, Kaum Adat menolaknya, sehingga terjadi perang yang berlangsung pada 1803–1821. Perang diakhiri dengan kekalahan Kaum Adat.
Belanda memanfaatkan kesempatan ini dengan sempat mengajak Tuanku Imam Bonjol, pemimpin Kaum Padri untuk berdamai melalui Perjanjian Masang pada 1825. Namun, tipu muslihat Belanda membawa kaum Padri dan Adat pada kekalahan.
Kondisi tersebut lalu dimanfaatkan Belanda untuk bekerja sama dengan Kaum Adat guna melawan Kaum Padri. Belanda memang bertujuan menguasai wilayah Sumatra Barat.
Fase perang ini berlangsung pada 1821–1838. Sekitar 1833 atau menjelang tahun-tahun terakhir perang, Tuanku Imam Bonjol mengajak Kaum Adat agar menyadari tipuan Belanda dan akhirnya bersatu melawan Belanda.
Perang akhirnya diakhiri dengan kekalahan di pihak Kaum Padri dan Kaum Adat karena militer Belanda yang cukup kuat.
Perang Pattimura
Pada 1817, Belanda berusaha menguasai Maluku dengan monopoli perdagangan. Rakyat Maluku yang dipimpin Thomas Matulessy (Pattimura) menolaknya dan melakukan perlawanan terhadap Belanda.Pertempuran sengit terjadi di Benteng Duurstede, Saparua. Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran, sehingga rakyat Maluku terdesak. Perlawanan rakyat Maluku melemah akibat tertangkapnya Pattimura dan Martha Christina Tiahahu.
Perang Diponegoro
Perang Diponegoro adalah perang terbesar yang dialami Belanda. Perlawanan ini dipimpin Pangeran Diponegoro yang didukung pihak istana, kaum ulama, dan rakyat Yogyakarta. Perang ini terjadi karena Belanda memasang patok-patok jalan yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro.Perang Diponegoro terjadi pada 1825–1830. Belanda mengangkat Jenderal De Kock sebagai perang panglima Belanda di Jawa.
Belanda sangat kesulitan menghadapi pasukan Pangeran Diponegoro, hingga menambah pasukan dari negeri Belanda. Namun, pasukan tambahan tersebut juga dapat dihancurkan
Akhirnya pada 1827, Belanda memutuskan untuk memakai siasat perang bernama Benteng Stelsel, yaitu mendirikan benteng di setiap daerah yang dikuasai untuk mengawasi daerah sekitarnya. Satu benteng dan benteng lainnya dihubungkan pasukan gerak cepat, sehingga ruang gerak pasukan Diponegoro dipersempit.
Siasat Benteng Stelsel belum mampu mematahkan serangan pasukan Diponegoro. Belanda akhirnya menggunakan tipu muslihat dengan cara mengajak berunding Pangeran Diponegoro, padahal sebenarnya itu berupa penangkapan.
Setelah penangkapan, perlawanan pasukan Diponegoro mulai melemah. Pada akhirnya, Belanda dapat memenangkan perang tersebut, namun dengan kerugian yang besar karena perang tersebut menguras biaya dan tenaga yang banyak.
Perang Jagaraga Bali
Perang ini terjadi akibat protes Belanda terhadap Hak Tawan Karang. Hak Tawan Karang merupakan aturan yang memberikan hak kepada kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas kapal asing beserta muatannya yang terdampar di Bali.Protes ini tidak membuat Bali menghapuskan Hak Tawan Karang, sehingga Belanda melakukan serangan dan terjadilah perang puputan (habis-habisan) antara kerajaan-kerajaan Bali yang dipimpin I Gusti Ketut Jelantik dengan Belanda. Belanda akhirnya berhasil memenangkan peperangan tersebut dan menguasai Bali karena kekuatan militernya yang lebih unggul.
Perang Banjar
Perang Banjar dilatarbelakangi oleh Belanda yang ingin menguasai kekayaan alam Banjar, serta sikap ikut campur pihak Belanda dalam urusan kesultanan. Akibatnya, rakyat yang dipimpin Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari melakukan perlawanan terhadap Belanda sekitar 1859.Serangkaian pertempuran terus terjadi hingga Belanda menambahkan kekuatan militernya. Pasukan Pangeran Hidayatullah kalah, karena pasukan Belanda lebih unggul dari segi jumlah pasukan, keterampilan perang pasukannya, dan peralatan perangnya.
Perlawanan rakyat Banjar akhirnya mulai melemah ketika Pangeran Hidayatullah tertangkap dan dibuang ke Pulau Jawa, sementara itu Pangeran Antasari masih melakukan perlawanan secara gerilya hingga ia wafat.
Perang Aceh
Perang Aceh dilatarbelakangi Traktat Sumatra (1871) yang menyebutkan Belanda bebas meluaskan wilayah di Sumatra termasuk Aceh. Hal ini ditentang Teuku Cik Ditiro, Cut Mutia, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan Panglima Polim.Belanda akhirnya mendapatkan perlawanan sengit dari rakyat Aceh. Rakyat Aceh berperang dengan jihad, sehingga semangatnya untuk melawan Belanda sangat kuat.
Untuk menghadapinya, Belanda mengutus Snouck Hurgronje untuk meneliti budaya dan karakter rakyat Aceh. Ia menyarankan agar pemerintah Belanda menggempur pertahanan Aceh bertubi-tubi.
Hal ini dilakukan agar mental rakyat semakin terkikis, memecah belah rakyat Aceh menjadi beberapa kelompok, dan melemahkan perlawanan rakyat Aceh. Taktik dari Snouck Hurgronje berhasil mengurangi perlawanan rakyat Aceh.
Hal ini membuat Belanda dapat menguasai Aceh secara perlahan pada awal tahun 1900-an. Pada 1903, Perang Aceh berakhir dan sejumlah tokohnya ditangkap.
Perlawanan Rakyat Batak
Perlawanan rakyat Batak dipimpin Sisingamangaraja XII. Latar belakang perlawanan ini adalah bangsa Belanda berusaha menguasai seluruh tanah Batak dan disertai dengan penyebaran agama Kristen.Sisingamangaraja XII masih melawan Belanda sampai akhir abad ke-19. Namun, gerak pasukan Sisingamangaraja XII semakin menyempit. Pada akhirnya, Sisingamangaraja XII wafat ditembak serdadu Marsose dan Belanda menguasai tanah Batak.
Penyebab perlawanan Indonesia sebelum Abad ke-20 belum berhasil
- Perlawanannya sangat tergantung pada pemimpin
- Mudah diadu domba
- Bersifat sporadis atau masih tersebar
- Bersifat kedaerahan dan belum terorganisasi.
Baca juga: 6 Fakta Menarik di Balik Sejarah Perumusan Naskah Proklamasi |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id