"Memasuki era disrupsi dan menghadapi dampak pandemi covid-19 membutuhkan generasi yang mampu beradaptasi lewat bekal pengetahuan yang dimilikinya," kata Rerie dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 2 Mei 2021.
Menurut dia, membentuk generasi pembelajar menjadi sangat penting. Sebab, keberhasilan menghadapi tantangan di masa datang sangat dipengaruhi oleh kecepatan dalam beradaptasi terhadap kondisi yang berubah dengan cepat.
Guna mewujudkan generasi pembelajar, ujar Rerie, memerlukan upaya yang konsisten dan melibatkan semua pihak. Baik para pemangku kepentingan dan masyarakat.
Baca: Sambut Hardiknas, Jokowi Pacu Semangat Belajar Peserta Didik
Reri menambahkan, program Merdeka Belajar mampu mewujudkan kemerdekaan bagi murid, guru, unit pendidikan dan ekosistem pendidikan untuk berpartisipasi dalam dunia pendidikan. Apalagi, pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun ini juga berdampak pada kenaikan angka putus sekolah di tanah air.
Pada Desember 2020, UNICEF menemukan bahwa 938 anak di Indonesia putus sekolah akibat pandemi covid-19. Bahkan, 75 persen di antaranya tak bisa melanjutkan sekolah.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat sejak awal pandemi covid-19 hingga Februari 2021, sudah lebih dari 150 anak putus sekolah karena menikah dan bekerja. Dengan sejumlah program pendidikan yang telah dipersiapkan oleh pemerintah itu, tambah Rerie, diharapkan mampu mengatasi sejumlah kendala dalam proses belajar di lapangan.
Selain itu, ujarnya, upaya menanamkan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam empat konsensus kebangsaan seperti Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan UUD 1945, kepada generasi penerus merupakan langkah penting untuk membentuk bangsa yang berkarakter kuat. Meski begitu, saat ini sebagian masyarakat kita bukan pembelajar yang baik, bahkan terkesan enggan belajar untuk menjadi lebih baik.
Menurut Rerie, peristiwa gelombang tsunami kasus positif covid-19 di India bisa diambil sebagai pelajaran, sehingga masyarakat di Indonesia meningkatkan disiplin protokol kesehatan, memakai masker, mencuci tangan dengan masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, untuk mencegah terjadinya hal serupa di Indonesia. Namun, ia menilai sebagian masyarakat kita mengabaikan pelajaran dari India itu.
Jelang Idul Fitri, sejumlah pasar padat pengunjung tanpa menjaga jarak mengabaikan protokol kesehatan. Sejumlah klaster baru penyebaran covid-19 pun bermunculan, seperti klaster buka puasa bersama, klaster ziarah, dan klaster acara pernikahan.
Belum lagi, tambahnya, sejumlah pelanggaran kebijakan pengendalian covid-19 yang dilakukan dengan sengaja demi kepentingan pribadi. Seperti kasus penggunaan alat swab bekas dan mafia karantina.
Baca: PJJ Daring Dianggap Masih Model Belajar Tepat di Masa Pandemi
Menurut Rerie, sulit disiplinnya masyarakat yang terkonfirmasi dari sederet pelanggaran terhadap kebijakan pengendalian covid-19 itu, memperlihatkan sebagian masyarakat kita bukanlah pembelajar yang baik. Akibatnya, kesalahan-kesalahan yang sama terus berulang.
Dalam upaya pengendalian covid-19, tambahnya, kesalahan sama yang berulang akan menghambat upaya pengendalian yang dilakukan, bahkan berpotensi meningkatkan kembali kasus positif Covid-19 seperti di India.
Sedangkan, dalam menghadapi persaingan di era disrupsi, ujarnya, pengulangan kesalahan dalam menyikapi masalah, berpotensi membuat bangsa ini tertinggal dan kehilangan daya saing terhadap bangsa lain di dunia.
Berdasarkan kondisi tersebut, Rerie berharap, para pemangku kepentingan dan masyarakat berkolaborasi dengan baik menanamkan nilai-nilai kebangsaan yang dimiliki serta merealisasikan Program Merdeka Belajar dengan baik. Dengan begitu, dapat membentuk generasi yang tangguh serta berdaya saing di masa datang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id