Dekan Fakultas Kedokteran IPB University, Ivan Rizal Sini, menekankan mahasiswa kedokteran perlu memahami konteks sosial dan budaya masyarakat. Termasuk potensi besar tanaman obat sebagai bagian dari terapi komplementer yang berbasis bukti.
“Kita membutuhkan dokter-dokter yang memiliki empati dan wawasan terhadap kearifan lokal. Herbal bukan sekadar alternatif, tetapi harus dipahami secara ilmiah agar bisa dimanfaatkan secara optimal dalam layanan kesehatan,” ujar Ivan dalam kuliah tamu bertema "Peran Jamu dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Indonesia: Bukti Empiris dan Ilmiah" dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Kamis, 22 Mei 2025.
Ia menyampaikan IPB University aktif melakukan riset herbal dan membuka kolaborasi dengan industri, termasuk PT Sido Muncul, untuk pengembangan produk berbasis tanaman obat. Direktur PT Sido Muncul, Irwan Hidayat, membagikan pengalaman panjangnya membangun dan mengembangkan industri jamu berbasis penelitian, khususnya melalui produk unggulan Tolak Angin.
Ia menyampaikan keberhasilan Sido Muncul tidak lepas dari upaya menyandingkan warisan jamu tradisional dengan standar farmasi modern.
“Saya mulai bekerja di Sido Muncul sejak tahun 1969 tanpa latar belakang pendidikan formal di bidang kesehatan. Namun saya berpikir, kenapa jamu tidak bisa mengikuti jejak dunia farmasi? Dari situlah semua bermula,” ujar Irwan.
Langkah awal, memilih produk unggulan dengan potensi pasar besar. Ia memilih 'masuk angin' sebagai gejala yang familiar di masyarakat dan mengembangkan Tolak Angin sebagai produk utama.
Untuk meningkatkan kredibilitasnya, Irwan memutuskan melakukan serangkaian uji ilmiah terhadap produk tersebut.
Baca juga: Perjalanan Panjang Jamu Jadi Warisan Budaya Tak Benda Dunia UNESCO |
“Kami mulai dengan studi literatur, lalu melakukan uji toksisitas dan uji khasiat bersama fakultas kedokteran dan farmasi. Salah satu hasilnya menunjukkan bahwa Tolak Angin mampu meningkatkan sel T yang berperan dalam sistem imun tubuh,” jelas dia.
Irwan juga menekankan pentingnya membangun kepercayaan masyarakat dan kalangan medis melalui komunikasi yang efektif. Slogan 'Orang Pintar Minum Tolak Angin' bukan sekadar promosi, melainkan bentuk edukasi untuk memenangkan hati dan logika konsumen.
Salah satu pencapaian besar Sido Muncul adalah menjadikan pabrik jamu pertama yang berstandar farmasi dan diresmikan langsung oleh Menteri Kesehatan pada 2002. “Standardisasi adalah kunci. Kami ingin menunjukkan bahwa jamu bisa bersaing dengan obat modern jika mengikuti prinsip ilmiah,” ujar dia.
Dari 1.600 pabrik jamu di Indonesia, hanya segelintir yang bertahan. “Kunci kami adalah berbasis ilmiah dan berkolaborasi dengan ilmuwan serta dokter. Masyarakat sekarang menuntut bukti, bukan sekadar mitos,” tegas Irwan.
Irwan juga menyinggung pentingnya kolaborasi antara industri jamu dan dunia kedokteran. Ia berharap dokter dapat turut serta dalam riset dan pemanfaatan bahan alami Indonesia yang sangat kaya dan potensial dikembangkan menjadi fitofarmaka.
“Saya telah berbicara di lebih dari 50 fakultas kedokteran. Jika tidak dipercaya, saya tidak akan diundang ke sana. Ini bukti bahwa jamu mulai diterima sebagai bagian dari pengobatan yang rasional,” ujar Irwan.
Dia berpesan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran IPB tentang pentingnya akal budi. Menurutnya, hal itu rahasia kesuksesan dan kunci menjadi pribadi yang berguna, baik sebagai dokter maupun pelaku industri.
“Pasien bukan sekadar diagnosa. Tanyakan penyebab sakit, pahami latar belakangnya. Jadilah dokter yang menghargai kehidupan,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News