Siswa SMA Plus Budi Utomo Makassar. Medcom.id/Renatha Swasty
Siswa SMA Plus Budi Utomo Makassar. Medcom.id/Renatha Swasty

Mengintip Sekolah Penggerak SMA Plus Budi Utomo: Polisi Anti-bullying Hingga Kunci Karier

Renatha Swasty • 23 Juni 2022 07:04
Makassar: Kasus bullying di sekolah masih terus terjadi. Bahkan, baru-baru ini siswa SMP tewas setelah mendapat perundungan dari temannya.
 
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus mendorong sekolah menghapus tiga dosa besar dunia pendidikan, yakni kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi. Salah satunya melalui Sekolah Penggerak.
 
Sekolah-sekolah yang mengadaptasi program Sekolah Penggerak tak cuma belajar materi setiap hari. Sekolah juga dituntut membangun pendidikan karakter anak untuk menjadi Pelajar Pancasila.

Salah satunya yang dilakukan SMA Plus Budi Utomo Makassar. Sekolah swasta berbasis boarding school (pesantren) itu sudah setahun menjalankan program Sekolah Penggerak.
 
Sekolah menjalankan berbagai macam program salah satunya agen anti perundungan. Sebanyak 20 siswa dipilih untuk menjadi agen anti bullying.
 
"Agen perundungan proyek yang seru," kata siswa Kelas X SMA Plus Budi Utomo Makassar, Kirana Frizky Amelia, di lokasi, Rabu, 22 Juni 2022.
 
Kirana mengungkapkan dia dan agen perundungan kerap kali mengingatkan teman-temannya untuk tidak saling mengejek. Sebab, ejekan sekecil apa pun termasuk bullying.
 
Tak cuma saling mengingatkan, setiap Senin saat upacara bendera, agen perubahan selalu mengingatkan untuk tidak melakukan perundungan. Saking seringnya mengingatkan, Kirana mempunyai cerita lucu soal agen perundungan. Mereka sudah layaknya polisi.
 
"Pernah ada yang saling ejek, terus teman-teman bilang 'panggil agen perundungan-agen perundungan," kata Kirana sambil tertawa.  
 
Agen perundungan lainnya Muh Rokhyan mengaku senang bisa terlibat. Dia dan agen lainnya kerap mengingatkan teman-temannya untuk tidak saling mem-bully.
 
Dia mengaku teman-teman yang diingatkan menerima masukan untuk tidak saling mengejek. Namun, kata dia, kada kala ejekan tak bisa dihindari.
 
"Karena kembali ke masing-masing orang. Tetapi, kami selalu ingatkan untuk tidak mengejek," beber Rokhyan.
 

Kunci karier

Sekolah Penggerak dengan penerapan Kurikulum Merdeka juga disambut baik siswa-siswa SMA Plus Budi Utomo Makassar. Sebab, melalui program itu, minat siswa sangat diperhatikan.
 
Kirana mengaku sangat senang dengan penerapan Kurikulum Merdeka. Peniadaan jurusan IPA-IPS membuat dia lebih leluasa.
 
"Sebelum awal masuk sekolah, guru melakukan kunci karier. Guru melihat potensi diri," beber Kirana.
 
Kirana menyebut beranjak ke kelas 11, siswa kembali ditanyakan soal minat mereka. Wawancara itu disandingkan kembali dengan hasil kunci karier saat awal masuk SMA.
 
Dari hasil itu, siswa diarahkan untuk mengambil pelajaran-pelajaran yang berguna saat ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.
 
Guru bidang Kemahasiswaan SMA Plus Budi Utomo Makassar Andi Fahri mengungkapkan pada penerapan Kurikulum 2013, anak-anak kerap dihadapkan dengan pilihan sulit saat beranjak ke kelas 11. Mereka mesti memilih jurusan IPA atau IPS, padahal tak semua pelajaran di bidang itu disukai.
 
"Di K13 ketika anak-anak mau ambil jurusan mereka masih bingung. 'Saya ambil apa ya, kedokteran deh, pendidikan fisika deh'. Mereka belum ada (bayangan) sampai kelas 3 mau ambil apa di perguruan tinggi," beber Fahri.
 
Guru Kimia itu menyebut dengan Kurikulum Merdeka sejak masuk sekolah atau Kelas 10, siswa sudah ditanyak terkait minat dan bakat. Mereka terus dipantau saat kelas 11 dan 12.
 
"Dengan adanya Sekolah Penggerak mereka diasesmen betul kamu mau ambil apa. Progresnya selama di kelas 2,3 ini deh yang kamu pelajari tidak usah muluk-muluk," kata Fahri.
 
Baca: Buah Manis SMA Plus Budi Utomo Makassar 'Keras Kepala' Ikut Sekolah Penggerak
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan