Ilustrasi. Foto: MI/Panca Syurkani
Ilustrasi. Foto: MI/Panca Syurkani

Kemenag Paparkan Lima Konsep Pendidikan Islam

Arga sumantri • 05 November 2020 15:01
Jakarta: Pendidikan adalah proses transformasi ilmu atau transformasi nilai untuk memberikan nilai kepada manusia dan kemanusian. Dalam kaitan itu, Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Muhammad Ali Ramdhani mengenalkan lima konsep dalam proses pendidikan Islam yang terangkum dalam kata Ihsan.
 
Kelima konsep ini digulirkan saat mengisi Workshop Pembinaan Guru Madrasah di Makasar Sulawesi Selatan, Rabu, 04 November 2020. Kata Ihsan merupakan akronim dari Integritas, Humanisme, Spritualitas, Adaptability, Nationality.
 
Pertama, Integritas. Ali mengatakan, pendidikan islam harus mampu menciptakan atau melahirkan alumni madrasah yang memiliki integritas. Proses pengajaran dalam pendidikan Islam tidak hanya sebatas transformasi keilmuan atau mengajarkan learning knowlegde learning to do.

"Akan tetapi siswa madrasah harus memahami betul tentang eksistensi dia sebagai manusia dengan integritas yang baik, serta pemahaman yang baik tentang makna kejujuran dalam kehidupannya," kata Ali dalam keterangan tertulis, Kamis, 5 November 2020.
 
Ia mengatakan, nilai yang tidak bisa ditukar dengan apapun adalah nama baik, yang terekspresi dalam nilai-nilai kesalehan sosial.
 
 

Selanjutnya, humanity, merujuk pada proses pendidikan yang berlangsung di madrasah yang harus mampu menampilkan nilai-nilai kemanusiaan. Setiap proses pengajaran di madrasah jangan sampai menjadi beban tersendiri bagi anak didik.
 
"Jangan kita bebani anak didik kita dengan hal yang di luar kemampuan mereka. Sebab esensi dari humanisme adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya sesuai porsinya. Humanisme menjadi penyeimbang dari konsep integritas," ujarnya.
 
Kemudian, sprituality. Orang yang memiliki nilai-nilai spiritual, aktivitasnya selalu diniatkan sebagai ibadah. Guru yang sadar bahwa proses dan eksistensi hidupnya adalah memberikan makna terhadap orang lain, tidak hanya memikirkan diri sendiri, maka dia memiliki nilai spiritual yang baik.
 
"Setiap guru dalam mengajar harus selalu diniatkan sebagai sebuah ibadah. Ibadah dalam menyiapkan generasi berintegritas yang akan mengisi peradaban mendatang," tegasnya.
 
Berikutnya, adaptability, yaitu kemampuan manusia untuk menyelaraskan diri dan berdialog dengan lingkungan strategis di sekitarnya, tanpa kehilangan identitasnya.  Menurut Ali, adaptasi harus menjadi kekuatan untuk memahami, bahwa sebuah lembaga pendidikan harus menghadirkan anak zaman. Dalam konteks pendidikan, dinamika zaman hari ini adalah kebutuhan kita terhadap penguasaan teknologi.
 
"Orang yang hebat pada hari ini adalah orang yang mampu membaca masa depan dengan baik. Guru yang hebat akan mampu melahirkan anak didik  yang akan bisa menguasai zamannya," sambungnya.
 
Baca: Kemenag Bakal Integrasikan Madrasah dengan Asrama
 
Terakhir yaitu Nationality. Proses pendidikan madrasah harus mengajarkan kecintaan pada Tanah Air. Itu adalah bagian dari batang tubuh seorang manusia dan lembaganya. "Guru dan anak didik di madrasah harus mencintai Tanah Air. Kita harus tanamkan kepada peserta didik, bahwa mencintai Tanah Air adalah bagian daripada iman," tegasnya.
 
Ali juga menekankan kepada guru madrasah untuk terus belajar. Menurutnya, orang yang terus belajar adalah pemilik peradaban masa depan. "Eksistensi belajar adalah eksistensi kehidupan, berhentinya belajar adalah berhentinya kehidupan," ungkapnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan