“Kita ingin menghadirkan ruang-ruang yang ramah pada peserta didik kita, sehingga mereka menyadari bahwa mereka memasuki dinamika pembelajaran,” ujar Dirjen Pendidikan Islam, Kementerian Agama (Kemenag), Muhammad Ali Ramdhani dalam keterangannya, Kamis, 5 November 2020.
Dhani menegaskan, bahwa madrasah bukan sekadar sebuah sekolah tetapi juga proses pembelajaran. Oleh karenanya, kegiatan madrasah tidak boleh hanya di ruang kelas dan laboratorium, tetapi merupakan proses pembelajaran yang berkelanjutan.
“Proses pembelajaran apabila dilakukan hanya dengan bersekolah, maka tidak akan menghasilkan impact yang dramatikal,” terang Dhani.
Baca juga: LPDP Siapkan Rp100 Miliar untuk Beasiswa Pelajar Vokasi di Eropa
Menurutnya, ketika sekolah hanya hadir pada proses penjejalan ilmu tanpa memaknai transformasi ilmu, maka dia akan menjadi hampa. "Orang hanya dikejar pada persoalan nilai-nilai ujian tetapi internalisasi ilmu dan nilai itu kemudian disisihkan,” sambung Dhani.
Ia berharap, dinamika pembelajaran ini kemudian menjadi warna dan corak kehidupan siswa madrasah. "Karena kita menyadari hari ini terjadi perubahan dalam dinamika kehidupan. Ketika masa lalu kita bercerita tentang pergeseran peradaban dari abad perindustrian, maka sekarang kita masuk abad pengetahuan,” lanjutnya.
Indonesia, kata Dhani, membutuhkan sumber daya manusia yang memadai. Apalagi, saat ini, tolok ukur kualitas tidak semata diukur dengan sesuatu yang tangible (tampak), tapi juga intangible (tidak nampak).
“Seiring adanya pergeseran itu, maka keunggulan sumber daya manusia terletak pada hal yang ia miliki, yaitu ilmu. Ketika bicara ilmu, maka proses pembelajaran menjadi elementer,” tandas Dhani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News