Ilustrasi kuliah. DOK Medcom
Ilustrasi kuliah. DOK Medcom

Fenomena MJO, Dalang di Balik Cuaca Indonesia yang Sulit Ditebak

Renatha Swasty • 18 Juni 2025 19:04
Jakarta: Cuaca di Indonesia akhir-akhir ini kerap sulit ditebak. Pagi cerah, siang hujan deras, lalu sore kembali panas terik. Perubahan yang tiba-tiba ini sering membingungkan banyak orang.
 
Namun di balik ketidakpastian tersebut, ada satu fenomena atmosfer penting yang jarang diketahui masyarakat, yaitu Madden-Julian Oscillation atau disingkat MJO. Dikutip dari akun Instagram @brin_indonesia, MJO adalah fenomena cuaca berskala besar yang memengaruhi wilayah tropis, termasuk Indonesia.
 
Fenomena ini berbentuk kumpulan awan hujan yang sangat luas, membentang dari barat ke timur sepanjang 10.000-15.000 kilometer dan dari utara ke selatan sejauh 3.000 kilometer. Awan-awan ini bergerak perlahan ke arah timur dengan kecepatan sekitar 5 meter per detik, membawa pengaruh besar terhadap peningkatan dan penurunan curah hujan.

MJO pertama kali dikenali pada 1970-an oleh dua ilmuwan, Roland Madden dan Paul Julian. Fenomena ini terjadi karena pergerakan udara dan uap air di atmosfer tropis. Di bagian bawah MJO, tekanan rendah membuat angin dan uap air naik hingga membentuk awan besar seperti cumulonimbus, yang menjadi pemicu hujan deras.
 
Sementara itu, di bagian atasnya, angin menyebar sambil melepaskan uap air ke atmosfer. Ketika suatu wilayah tidak dilewati MJO, udara justru cenderung turun dan kering, sehingga hujan menjadi sulit terbentuk.
 
Dampak MJO sangat terasa di Indonesia. Saat aktif, fenomena ini bisa menyebabkan hujan deras yang meningkatkan risiko banjir. Sebaliknya, saat tidak aktif, banyak wilayah dapat mengalami penurunan curah hujan hingga berujung pada kekeringan. 
 
Baca juga: Ahli Meteorologi IPB Sebut Aktivitas Sunspot Jadi Biang Kemarau Basah   

Beberapa peristiwa besar yang tercatat dipengaruhi MJO antara lain kekeringan panjang pada 2015, banjir besar di Jakarta tahun 2020, serta terbentuknya Siklon Tropis Seroja pada 2021.
 
Fenomena ini juga tidak bekerja sendirian. MJO berinteraksi dengan sistem iklim global seperti monsun, El Niño, dan La Niña. Ia juga terhubung dengan gelombang atmosfer ekuator dan dapat memicu terbentuknya siklon tropis.
 
Letak Indonesia yang berada di kawasan maritim tropis menjadikan wilayah ini sangat penting dalam jalur pergerakan MJO, sekaligus menjadi kunci penting dalam prediksi cuaca dan iklim.
Periset dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Didi Satiadi, mengatakan memahami MJO sangat penting, tidak hanya bagi peneliti, tetapi juga bagi masyarakat luas.
 
"Dengan memahami fenomena MJO, kita dapat lebih memahami mengapa cuaca di wilayah tropis, termasuk Indonesia, bisa berubah secara tiba-tiba dalam hitungan minggu," ujar Didi dikutip dari Instagram @brin_indonesia pada Rabu, 18 Juni 2025.
 
Ia menyebut pemantauan dan prediksi MJO yang lebih akurat sangat membantu dalam perencanaan di berbagai sektor, mulai dari pertanian, perikanan, pengelolaan air, hingga sistem peringatan dini bencana.
 
Di tengah perubahan iklim global yang kian nyata, meningkatkan kesadaran tentang fenomena seperti MJO menjadi langkah penting dalam membangun ketahanan terhadap cuaca ekstrem dan variabilitas iklim masa depan. (Antariska)

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan