“Limbah ternak yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak lingkungan serius. Mulai dari bau menyengat, serbuan lalat, hingga gangguan estetika, terutama karena lokasi penjualan hewan kurban umumnya berada di area perkotaan yang padat,” kata Salundik, Jumat, 30 Mei 2025.
Ia menjelaskan limbah ternak saat kurban dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu limbah di lokasi penjual dan limbah di lokasi penyembelihan. Di lokasi penjual, limbah yang dihasilkan berupa kotoran (feses) dan sisa pakan hijauan.
Baca juga: 3 Cara Simpan Daging Kurban Supaya Tahan Lama |
Penumpukan ternak dalam jumlah besar selama kurang lebih 20 hari menjelang Iduladha menyebabkan akumulasi limbah dalam jumlah signifikan. Misalnya, bila terdapat 50 ekor sapi dengan produksi kotoran rata-rata 20 kg per ekor per hari, maka dalam 20 hari akan terkumpul limbah sebanyak 20 ton.
Sementara itu, di lokasi penyembelihan, jenis limbah yang berupa darah, isi rumen, dan saluran pencernaan. Salundik mengatakan limbah jenis ini memiliki risiko kontaminasi lebih tinggi dan memerlukan penanganan khusus, terlebih di lokasi sempit dan tersebar di berbagai titik kota.
Salundik menyarankan limbah berupa feses dan sisa pakan dapat dikonversi menjadi produk lebih bermanfaat, seperti pupuk organik kompos atau vermikompos. “Ini adalah solusi yang paling mudah diterapkan dan memberikan nilai tambah,” ujar dia.
Namun, tantangan terbesar dalam implementasi pengolahan limbah di lokasi penyembelihan adalah ketidakpastian jumlah ternak, lokasi yang tersebar, serta keterbatasan lahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News