Guru melakukan pembelajaran jarak jauh memanfaatkan teknologi internet di SMA 5 Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rabu (23/09/2020). Foto: MI/Susanto
Guru melakukan pembelajaran jarak jauh memanfaatkan teknologi internet di SMA 5 Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rabu (23/09/2020). Foto: MI/Susanto

Trisula Orang Tua, Sekolah, dan Siswa Kunci Sukses Belajar Daring

Media Indonesia, Medcom, MetroTV, Atikah Ishmah Winahyu • 18 November 2020 10:28

Keterbatasan sarana prasarana 

Koordinator Nasional Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim, mengatakan ada beberapa faktor yang memengaruhi beratnya beban pembelajaran selama PJJ. 
 
“Pertama, keterbatasan sarana prasarana. Contoh, di Kabupaten Agam, Sumatra Barat; Kabupaten Berau, Kalimantan Timur; dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat. Sinyal susah,” jelasnya. 
 
Faktor kedua, lanjut Satriwan, masih banyak guru yang tidak mema hami kurikulum darurat dan e-modul. Padahal, dua hal itu dibuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk meringankan beban guru dan siswa, khususnya selama PJJ. 

Menurutnya, persoalan tak hanya terjadi pada guru, tetapi juga adanya kekurangan komunikasi dan koordinasi antara dinas pendidikan kota/kabupaten ataupun provinsi dan Kemendikbud. 
 
“Persoalan lain, ada cara pandang yang keliru dari guru sehingga mereka banyak memberikan tugas setiap hari. Terlebih, selama PJJ, siswa tidak bisa berinteraksi karena keterbatasan sarana prasarana dan tidak bisa tatap muka dengan guru sebab tak memiliki gawai. Jadi, jangan penugasan setiap hari, ini anak bisa stres,” tambah Satriwan. 
 
Sementara itu, saat dihubungi secara terpisah, Komisioner KPAI Retno Listyarti, memberikan beberapa rekomendasi terkait dengan pembelajaran tatap muka di tengah pandemi yang rencananya dibuka pada 2021. 
 
Beberapa rekomendasi yang diusulkan, yakni pemerintah daerah dan pemerintah pusat harus fokus pada persiapan infrastruktur, protokol kesehatan, sosialisasi protokol kesehatan, dan sinergi antara dinas pendidikan dan dinas kesehatan serta gugus tugas covid-19 di daerah. 
 
“Pemerintah pusat dan daerah mulai mengarahkan politik anggaran ke pendidikan, terutama persiapan infrastruktur buka sekolah demi mencegah klaster baru. Menurut dia, menyiapkan infrastruktur adaptasi kebiasaan baru (AKB) di sekolah membutuhkan biaya yang tidak sedikit, maka itu butuh dukungan dana dari pemerintah,” ujar Retno. 
 
Di sisi lain, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, mengatakan, ia memberikan otonomi kepada daerah untuk menentukan apakah sekolah di satu wilayah sudah bisa dibuka atau belum. 
 
“Tentu ada peran dari sekolah dan orangtua. Jadi, orangtua kolektif, ya, dalam komite sekolah untuk sama-sama menentukan. Kalau masih merasa belum layak dibuka karena risiko lebih besar mungkin bisa ditunda,” jelasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan