empat program pokok, yaitu penyusunan Tafsir At-Tanwir, tuntunan keagamaan dan fatwa, pelayanan konsultasi, serta pendidikan ulama tarjih.
Hamim menyebut dari 79 kegiatan yang direncanakan, fokus utama adalah menyelesaikan dua program strategis, yakni Tafsir At-Tanwir dan pengesahan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Saat ini, Tafsir At-Tanwir sudah siap cetak sekitar 3 juz, sementara 9 juz lainnya telah selesai penulisan namun masih dalam tahap editing.
"Proses penulisan telah mencapai sekitar 20 juz dan konferensi kali ini bertujuan mempertemukan mufasir yang akan mengisi juz 21 hingga 24,” ungkap Hamim dalam Pembukaan Konferensi Mufasir Muhammadiyah II di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (Uhamka) dikutip dari laman muhammadiyah.or.id, Rabu, 18 Desember 2024.
Hamim menuturkan tim Majelis Tarjih telah menyelesaikan proses pentemaan hingga 24 juz. Pentemaan bertujuan menyusun tema-tema agar tafsir memiliki pendekatan tahlili cum maudhui, sehingga narasi menjadi berkesinambungan tanpa tumpang tindih antarayat, surat, maupun juz.
Baca juga: Kemenag Tertarik Belajar Kelola Pendidikan dari Muhammadiyah |
“Dengan tema yang telah disiapkan, penulisan diharapkan lebih lancar. Target kami, Tafsir At-Tanwir selesai 30 juz pada 2027, bersamaan dengan muktamar,” beber dia.
Hamim menekankan tafsir ini merupakan produk berjemaah yang melibatkan banyak penulis dari berbagai disiplin ilmu. Proses editing menjadi sangat krusial untuk menyeragamkan bahasa dan pendekatan kajian.
"Kami berdoa agar tim editing diberi kesehatan dan keberkahan dalam menyelesaikan tugas besar ini,” ujar dia.
Tafsir At-Tanwir juga dirancang dengan empat etos utama, yaitu ibadah, ekonomi, sosial, dan keilmuan. Etos ini bertujuan memberikan kebaruan sekaligus membedakan tafsir ini dari yang sudah ada. Hamim berharap Tafsir At-Tanwir menjadi motor kebangkitan peradaban Islam.
“Kita ingin peradaban Islam kembali bangkit dengan memanfaatkan potensi umat yang kini mencapai dua miliar jiwa. Dengan tafsir ini, kita berharap kejayaan peradaban Islam dapat dikembalikan dalam bingkai religius yang relevan dengan konteks modern,” tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News