Koordinator P2G Satriwan Salim. Zoom
Koordinator P2G Satriwan Salim. Zoom

P2G Nilai Program SMK Pusat Keunggulan Minim Nilai Kebaruan

Ilham Pratama Putra • 18 Maret 2021 10:33
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) baru saja meluncurkan episode ke delapan dari Merdeka Belajar, yakni program SMK Pusat Keunggulan. Program tersebur dinilai minim nilai kebaruan.
 
Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim menyatakan jika nama program tersebut hanya hasil terjemahan dari program SMK di tahun sebelumnya. Pada 2020, Kemendikbud mencetuskan program SMK Center of Excellent.
 
"SMK Pusat Keunggulan sebenarnya tak berbeda dari program sebelumnya yg berjudul SMK The Center of Excellent, artinya Kemendikbud pada 2021 ini hanya mentranslate program yang sudah ada sebelumnya," kata Satriwan kepada Medcom.id, Kamis, 18 Maret 2021.

Baca: P2G Ingatkan Nadiem, Lulusan SMK Penyumbang Angka Pengangguran Terbesar
 
Dia menyampaikan, program ini tak ada bedanya dengan episode lain dari Merdeka Belajar. SMK Pusat Keunggulan memiliki esensi yang sama dengan program Sekolah Penggerak dan Guru Penggerak.
 
Program ini, menurutnya, masih belum menjawab persoalan fundamental SMK. SMK Pusat Keunggulan belum membenahi masalah SMK secara mendasar dan menyeluruh. "SMK Pusat Keunggulan, secara substansial bukan hal baru, dan tidak juga memberikan solusi atas persoalan fundamental SMK selama ini," terang Satriwan.
 
Menurutnya, program SMK ini harus menyelesaikan persoalan kekurangan guru di SMK. Selain itu program juga semestinya melirik persoalan kekurangan bengkel dan ruang praktik belajar SMK.
 
Baca: P2G: Merdeka Belajar Episode 8 Tak Sentuh Persoalan Fundamental SMK
 
Kemudian, Kemendikbud juga harus mampu melakukan pemetaan ulang dan pemetaan penyebaran SMK negeri dan swasta di Indonesia. "Sebab, kami melihat ada semacam over supply lulusan SMK jurusan tertentu seperti Teknologi Informasi, Komputer, Akuntansi, dan Administrasi Perkantoran," lanjut Satriwan.
 
Menurut dia, persoalan SMK lainnya ialah kurikulum yang tidak relevan dengan dunia industri. Padahal, pelibatan industri sangat penting dalam mendisain kurikulum SMK.
 
"Oleh karena itu, sepanjang persoalan fundamental SMK tak dibenahi, maka akan masalah terus, apapun nama merek atau jargon program yang akan dipakai, terbukti SMK masih berkontribusi terhadap tingkat pengangguran terbuka yang tertinggi di Indonesia," ungkap dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan