"Di antara indikatornya kegagalannya adalah dilihat dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) jenjang SMK masih yang paling tinggi di antara tingkat pendidikan lainnya, yaitu sebesar 8,49 persen pada tahun 2020. Artinya lulusan SMK menjadi penyumbang angka pengangguran terbesar di Indonesia," kata Satriwan dalam keterangannya. Kamis 18 Maret 2021.
Angka tersebut Satriwan kutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS). Ia menambahkan, angka yang tak jauh berbeda juga terjadi sejak tahun-tahun sebelumnya.
Untuk itu, P2G meminta kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk menyiapkan langkah afirmatif yang lebih matang untuk menyelesaikan persoalan mendasar di jenjang SMK ini. Sebab menurutnya, program SMK Pusat Keunggulan yang baru diluncurkan Mendikbud Nadiem Makarim dalam Merdeka Belajar episode 8 kemarin belum mampu menjawab persoalan tersebut.
"SMK Pusat Keunggulan, secara substansial bukan hal baru, dan tidak juga memberikan solusi atas persoalan fundamental SMK selama ini," lanjut dia.
Ia mengatakan, tidak ada praktik baru dalam program yang dapat menjamin peningkatan kualitas SMK pada program baru Kemendikbud. Pihaknya melihat SMK Pusat Keunggulan sama saja dengan skema afirmasi yang sudah diterapkan di jenjang SMK dua tahun sebelumnya.
"Bagi kami afirmasi SMK semestinya diberikan kepada sekolah SMK yang terpinggirkan, yang akreditasi jurusannya rendah, yang serapan lulusannya rendah, yang bengkel dan ruang praktiknya minim, yang kompetensi gurunya belum baik. SMK seperti ini yang harus diafirmasi pemerintah," jelas dia.
SMK Pusat Keunggulan menurut dia mirip-mirip dengan program yang ada di Merdeka Belajar lainnya. Di antaranya Sekolah Penggerak dan Guru Penggerak.
Di sisi lain, menurut dia agenda pengembangan pendidikan SMK harus dibangun berdasarkan potensi daerah. Pemerintah daerah perlu memperhatikan potensi lokal (SDA dan Ekonomi) dan menyelaraskannya dengan arah pendidikan di SMK.
Lulusan SMK dapat diarahkan untuk mengisi potensi daerah, nasional dan global. Selain masuk ke dunia industri juga dapat membangun industri dan kewirausahaan di daerah.
"Oleh karena itu, sepanjang persoalan fundamental SMK tak dibenahi, maka akan masalah terus, apapun nama merek atau jargon program yang akan dipakai, terbukti SMK masih berkontribusi terhadap tingkat pengangguran terbuka yang tertinggi di Indonesia," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News