Sayangnya, berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran SMK tahun 2022 masih terbilang tinggi, yaitu 9,42 persen. Meski demikian, pengangguran terbuka di jenjang SMK dari tahun sebelumnya mengalami penurunan yang paling signifikan dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya, yakni sebesar 4,13 persen.
Hal ini disebabkan adanya berbagai program dan kebijakan penguatan pendidikan vokasi yang dilakukan oleh Pemerintah, utamanya untuk menyelaraskan proses pembelajaran di SMK dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Penyelarasan kemudian menjadi bagian yang krusial untuk mewujudkan relevansi pendidikan vokasi.
Faktor Penyelarasan
Dua faktor yang paling berpengaruh pada penyelarasan, khususnya di SMK adalah sumber daya serta kurikulum dan pembelajaran. Hal ini dikemukaan oleh penelitian yang melibatkan survei kepada 705 responden dari berbagai lapisan stakeholder, terdiri dari 375 responden dari industri, 155 responden dari pemerintah, dan 175 responden dari masyarakat.Populasi penelitian mencakup stakeholder SMK di seluruh provinsi di Indonesia. Sementara sampel penelitian meliputi mitra industri SMK, pemerintah yang diwakili oleh Dinas Pendidikan Provinsi, dan masyarakat yang diwakili oleh komite sekolah.
Peneliti yang juga merupakan Ketua Tim Kerja Penyelarasan Pendidikan Vokasi Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI Kemendikbudristek, Sulistyo Mukti Cahyono menjelaskan, kontribusi industri, masyarakat, dan pemerintah dalam pembiayaan operasional menjadi indikator dominan pada faktor sumber daya. Sedangkan keterlibatan industri, masyarakat, dan pemerintah dalam menyelaraskan materi pembelajaran menjadi indikator dominan pada faktor kurikulum dan pembelajaran.
“Penelitian ini menemukan model penyelarasan pendidikan vokasi yang diharapkan akan membawa perubahan positif dalam menciptakan lulusan yang lebih siap bersaing di dunia kerja,” tutur Sulistyo yang belum lama ini memperoleh gelar Doktor Pendidikan, Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Bentuk-bentuk keterlibatan stakeholder yang dominan melibatkan penyelarasan meliputi penyusunan kurikulum, keberadaan guru tamu, magang guru, pelatihan guru, dukungan sarana dan prasarana, praktik kerja industri, evaluasi kompetensi, pendidikan dan pelatihan, partisipasi masyarakat, pelatihan budaya kerja, pembiayaan dana BOS, serta kerja sama. Nantinya aktivitas-aktivitas tersebut dapat dikembangkan, bahkan menjadi rujukan dalam penyusunan program dan kebijakan di tataran kementerian, utamanya untuk penyelarasan.
Sulistyo menambahkan, upaya yang sudah dilakukan dalam mewujudkan penyelarasan adalah akuisisi skill set berstandar dunia kerja. Program tersebut di antaranya diwujudkan melalui penyusunan profil lulusan pendidikan vokasi berdasarkan jabatan kerja yang sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan kebutuhan dunia kerja.
Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI juga melakukan tracer study (penelusuruan lulusan) kepada lulusan satuan pendidikan vokasi secara nasional.
Baca juga: Integrasikan Kurikulum dari London, SMKN 2 Kasihan Bantul Gelar Konser Orkestra |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News