Fikri mengakui, isu penghapusan mapel sejarah diketahui dari media. Fikri menduga penyusunan kurikulum ini sebagai bagian dari kurikulum adaptif menghadapi pandemi covid-19 yang sudah berlangsung selama lebih dari satu semester.
"Kalau toh ada kurikulum penyesuaian karena pandemi, maka jangan mengulang seperti isu mapel Agama yang hilang dan bikin gaduh,” kata dia.
Dia menyatakan isu penghapusan mapel sejarah bukan hanya memantik kehebohan dari guru sejarah. Namun, juga dapat merembet kepada guru mapel lainnya.
Ia menekankan, sejarah merupakan bagian tak terpisahkan dalam membentuk pribadi bangsa. Sejarah juga jadi alat pemantik semangat untuk belajar, memperbaiki diri atas kesalahan di masa lalu, dan meningkatkan kualitas intelektual karakter bangsa.
"Kita belajar semangat patriotisme untuk menghadapi masalah dan tekanan dari para penjajah, melalui tampilnya pahlawan yg tercatat dalam sejarah," ucap dia.
Baca: Klarifikasi Nadiem Soal Penghapusan Mata Pelajaran Sejarah
Belakangan, isu penghapusan sejaran memantik polemik masyarakat. Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) sampai membuat petisi di laman change.org dengan judul ‘kembalikan posisi mata pelajaran sejarah sebagai mapel wajib bagi seluruh anak bangsa’. Hingga Minggu, 20 September 2020 petisi ini telah ditandatangani lebih dari 20 ribu orang.
Nadiem sudah memberikan klarifikasi. Ia malah mengaku terkejut dengan isu penghapusan mapel sejarah. "Tidak ada sama sekali kebijakan, regulasi atau perencanaan penghapusan mata pelajaran Sejarah di kurikulum nasional," tegas Nadiem dalam video klarifikasinya, Minggu, 20 September 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News