Ilustrasi: ITB
Ilustrasi: ITB

Kurang Diminati Siswa, Karena Sains Jarang Dipromosikan di Media Populer

Citra Larasati • 23 Februari 2025 14:00
Jakarta:  Menurunnya minat siswa untuk memelajari sains disebabkan oleh berbagai hal. Salah satunya karena sains jarang dipromosikan melalui meda populer, berbeda dengan bidang lain seperti bisnis, seni, dan hiburan.
 
Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Kerjasama FMIPA UGM, Wiwit Suryanto mengatakan, belum lagi soal persepsi sains yang membayangkan sains itu ilmu sulit dan hanya untuk orang jenius. Menurut Wiwit, ketidakmampuan melihat manfaat langsung dari ilmu sains membuat mereka kehilangan motivasi untuk mempelajarinya.
 
"Banyak siswa merasa takut terhadap simbol, angka, dan persamaan matematika yang kompleks. Narasi hanya orang jenius yang bisa memahami membuat banyak siswa menyerah sebelum mencoba,” ungkapnya dikutip dari laman UGM, Minggu, 23 Februari 2025.

Sehingga kurangnya figur inspiratif di bidang sains turut punya andil menurunnya anak muda belajar sains. “Banyak orang tidak tahu tentang siapa Michael Faraday. Sains jarang dipromosikan melalui media populer, sementara profesi di bidang bisnis, seni, dan hiburan lebih banyak mendapat sorotan," kata Wiwit.
 
Akibatnya, siswa kurang memiliki role model ilmuwan atau inovator yang dapat menginspirasi mereka. "Mungkin jaman saya dulu ada Pak Habibie yang begitu saya idolakan seorang teknokrat hebat. Nampaknya kita perlu figur-figur ahli sains yang sering ditampilkan di media,” ucap Wiwit.
 
Baca juga:  Minat Siswa Belajar Sains Menurun, Pakar UGM Sebut Kurang Role Model Ilmuwan

Menurutnya, jika generasi muda semakin lama tidak berminat pada sains akan berdampak pada kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Indonesia sebagai bangsa besar akan terus ketergantungan teknologi pada negara asing.
 
Tanpa memiliki ilmuwan dan insinyur yang kompeten, Indonesia hanya akan menjadi konsumen teknologi, bukan produsen. “Negara tentu akan semakin bergantung pada teknologi impor, yang dapat menghambat kemandirian dan daya saing nasional,” ungkapnya.
 
Di era persaingan saat ini, kata Wiwit, negara-negara maju seperti China, Jepang, Taiwan, Korea dan Amerika Serikat berinvestasi besar-besaran dalam riset sains dan teknologi. Jika generasi muda Indonesia tidak tertarik pada sains, tentu akan membuat semakin tertinggal dalam persaingan global.
 
Menurutnya kondisi ini bisa berakibat pada lemahnya daya saing. Bahkan menjadikan negera kita minim memiliki inovasi untuk menyelesaikan masalah nasional seperti penyelesaian soal krisis energi, perubahan iklim, ketahanan pangan, dan mitigasi bencana alam. “Tanpa ilmuwan dan peneliti muda, sulit bagi Indonesia untuk menemukan solusi inovatif bagi masalah-masalah ini,” paparnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan