Ilustrasi makan bergizi gratis di sekolah. DOK IG @Disdikdki
Ilustrasi makan bergizi gratis di sekolah. DOK IG @Disdikdki

Cegah Keracunan MBG, Pakar IPB Sebut Sanitasi dan Pendinginan Perlu Diperhatikan

Renatha Swasty • 19 Mei 2025 20:07
Jakarta: Kasus keracunan makanan massal usai menyantap program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus terjadi, terakhir di Kota Bogor. Pemerintah Kota Bogor menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) atas peristiwa tersebut.
 
Pakar Keamanan Pangan IPB University, Ratih Dewanti-Hariyadi, menyebut makanan siap saji yang dimasak dalam jumlah besar memiliki tingkat risiko tinggi terhadap kontaminasi, terutama oleh mikroorganisme patogen.
 
"Berdasarkan laporan yang ada, kelompok pangan siap saji memang merupakan penyebab utama kasus keracunan di Indonesia dan dunia. Makanan jenis ini dikonsumsi langsung setelah dimasak dan cenderung lebih rentan dibandingkan produk pangan olahan industri yang dikemas," ujar dia, Senin, 19 Mei 2025.

Ratih mengungkap penyebab keracunan dapat berasal dari dua hal utama, yakni bahaya kimiawi dan bahaya mikrobiologis. Namun, dari data yang tersedia, penyebab terbesar lebih banyak berasal dari mikroorganisme seperti bakteri patogen.
 
Bakteri bisa masuk ke makanan melalui bahan baku yang kurang higienis, alat masak yang tercemar, pekerja hingga proses penyimpanan yang tidak tepat. Pada makanan siap saji dalam skala besar, faktor penyimpanan ini sangat krusial.
 
"Bila makanan tidak segera didinginkan setelah dimasak, spora bakteri bisa aktif kembali dan memproduksi racun,” beber dia.
 
Guru Besar Ilmu Teknologi Pangan IPB University itu menuturkan bakteri pembentuk spora seperti Bacillus cereus atau Clostridium perfringens dapat bertahan terhadap suhu tinggi. Ketika makanan panas tidak segera didinginkan, spora ini dapat kembali aktif, tumbuh dan/atau memproduksi toksin yang berbahaya bagi konsumen.
 
Baca juga: Kasus Keracunan MBG, Pakar UGM Soroti Ambisi Pemerintah Beri Makan 82,9 Juta Orang

"Kalau makanan disimpan terlalu lama dalam suhu ruang, misalnya lebih dari dua jam, risiko terjadinya kontaminasi sangat tinggi. Dalam konteks program MBG yang memasak dalam jumlah besar, proses pendinginan makanan harus menjadi perhatian utama,” kata dia.
 
Ratih menekankan pentingnya penerapan standar kebersihan dasar dan pengendalian proses pangan secara konsisten. Ia menggarisbawahi dua aspek penting dalam pengolahan makanan skala besar yaitu sanitasi-higiene dan pengendalian tahapan produksi.
 
“Sanitasi-higiene dasar seperti kebersihan alat, ruang, dan personalia mutlak diterapkan. Selain itu, air yang digunakan harus memenuhi standar air minum. Tidak cukup hanya bersih, tetapi juga harus ada prosedur pembersihan yang dipantau dan dievaluasi secara rutin," tegas dia.
 
Ia mengatakan kurangnya penerapan sanitasi dan higiene memungkinkan patogen bukan pembentuk spora seperti Escherichia coli patogenik, Salmonella, Staphylococcus aureus mencemari pangan mentah, pangan yang kurang pemanasan atau menyebabkan kontaminasi pasca pemanasan.
 
Ratih mencontohkan pentingnya menyimpan bahan baku dalam kondisi dan suhu yang sesuai, memastikan pemasakan mencapai suhu minimal 70°C, dan melakukan pendinginan segera setelah makanan matang. Pendinginan cepat dapat dilakukan dengan pemorsian makanan dalam ukuran kecil, sehingga panasnya lebih cepat turun.
 
"Kalau dibiarkan dalam baskom besar, suhu makanan turun sangat lambat. Ini membuka peluang bagi spora untuk kembali aktif. Jadi solusinya adalah porsikan makanan segera dalam wadah kecil-kecil setelah dimasak,” jelas Ratih.
 
Dalam situasi darurat seperti saat ini, setiap pelaksana program makanan skala besar seperti MBG harus memiliki SOP baku mengenai lokasi, bangunan, peralatan yang dapat mengacu pada tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan, khusunya bagi Jasaboga Golongan B, standar kebersihan, penyimpanan, pemasakan, dan pendinginan. Evaluasi dan monitoring penerapan SOP ini harus dilakukan berkala untuk memastikan keamanan pangan yang berkelanjutan.
 
"Tujuannya tidak hanya untuk menanggulangi kejadian keracunan, tapi lebih penting lagi adalah mencegahnya agar tidak terjadi di masa mendatang. Edukasi tentang keamanan pangan bagi seluruh pelaksana program juga harus ditingkatkan," kata dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan