Di bawah kepemimpinan mereka, berbagai terobosan lahir dan birokrasi terus ditata agar tetap tegak kala diuji beragam kepentingan. Ketiganya hadir dengan pendekatan dan kontribusi berbeda.
Namun, satu hal yang menyatukan adalah visi menjadikan birokrasi sebagai pilar kuat bangsa. Berikut kiprah mereka dikutip dari Instagram @kemenpanrb:
1. Harsono Tjokroaminoto
Menjabat sebagai Menteri Negara Bidang Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara dalam Kabinet Pembangunan I periode 1968–1971, Harsono membawa misi besar dari krida kelima Repelita I: menyempurnakan dan membersihkan aparatur negara. Ia bergerak menyeluruh, dari pusat hingga pelosok daerah. Tugasnya tidak ringan yaitu menata ulang birokrasi pasca gejolak politik. Namun Harsono paham, pembersihan bukan sekadar slogan, melainkan keberanian menyentuh akar masalah.Baca juga: Pentingnya Pengalaman Pemerintahan sebagai Modal Awal Mewujudkan Perubahan |
2. Emil Salim
Melanjutkan estafet pada 1971–1973 dalam posisi yang sama, Emil Salim menyusun struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) Kantor Menpan serta memperkuat posisi lembaga pembina aparatur negara. Dengan ketenangan seorang teknokrat, ia membangun fondasi kelembagaan yang kokoh. Emil membantu Presiden menyempurnakan struktur birokrasi secara rasional, baginya kelembagaan bukan soal bentuk, tapi fungsi yang benar-benar bekerja.3. J.B. Sumarlin
Menjabat selama satu dekade, 1973–1983, Sumarlin hadir dengan agenda pengawasan yang kuat. Ia mencetuskan Operasi Tertib (OPSTIB) dan mendorong pembentukan BPKP sebagai pengawas fungsional internal pemerintah. Bagi Sumarlin, pembangunan tidak cukup hanya dirancang, tetapi juga harus dikawal. Integritas birokrasi bukan hadiah, melainkan hasil kerja keras yang diawasi dengan sungguh-sungguh.Langkah-langkah yang dirintis oleh Harsono, Emil, dan Sumarlin menjadi fondasi penting dalam pembangunan birokrasi Indonesia. Ketiganya membuktikan pembenahan aparatur negara membutuhkan visi jangka panjang, keberanian mengambil keputusan, serta komitmen terhadap integritas.
Estafet itu kini diteruskan oleh generasi berikutnya dengan tantangan berbeda namun semangat yang tetap sama, menjadikan birokrasi bukan sekadar sistem melainkan kekuatan yang menjaga arah dan etika perjalanan bangsa. (Antariska)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News