"Catatan menyebutkan jumlah pengukir itu menurun. Ini yang andal ya dalam beberapa tahun terakhir itu dari yang pernah tercatat 15 ribu orang, saat ini tersisa 300 sampai 500 orang saja," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam webinar Mengukir Masa Depan: Legenda Ukiran Jepara - Forum Diskusi Denpasar 12 - JIFBW 2025, Rabu, 12 Maret 2025.
Rerie, sapaan karib Lestari Moerdijat, mengatakan penurunan jumlah pengukir seni ukir Jepara lantaran isu honor. Selain itu, ada pergeseran profesi pada pengukir-pengukir itu.
Padahal, potensi karya seni ukir Jepara sangat besar. Rerie mendorong seni ukir dari Jepara menjadi kekayaan intelektual yang masuk dalam catatan UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda.
"Seni ukir ini kekayaan intelektual warisan leluhur. Ini yang harus kita upayakan masuk dalam warisan budaya tak benda UNESCO dan ini harus kita perjuangkan," ujar dia.
Baca juga: 'Perjuangan' Macan Kurung Jepara Bertahan Hidup |
Anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu menuturkan Jepara sudah dikenal sebagai penghasil ukiran Indah. Bahkan, dalam periode 80-90an karya dari Jepara begitu menonjol di berbagai acara dan selalu muncul dalam ruang-ruang di berbagai acara.
"Furnitur di Jepara tercatat dalam sejarah dan mendapatkan respons yang baik serta melegenda," kata dia.
Rerie mendorong ada upaya menguatkan dan mengangkat kembali kekayaan intelektual masyarakat Jepara tersebut. Salah satunya dengan mengambil ruang digital.
Dalam dunia industri, pasar digital juga mesti dikuasai. Politikus NasDem itu mengajak seluruh pihak turut menekuni bidang digital untuk memajukan karya ukir dari Jepara.
"Ketika bicara mengenai lapangan pekerjaan, bicara kebutuhan keberlangsungan hidup yang harus dilaksanakan cepat. Kita tidak bisa menutup mata terhadap industrialisasi tersebut," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News