Dua ilmuwan dunia beri kuliah umum di ITB'Unpad. Foto: Kemendiktisaintek
Dua ilmuwan dunia beri kuliah umum di ITB'Unpad. Foto: Kemendiktisaintek

Peraih Nobel dan Presiden AAS Beri Kuliah Umum di ITB-Unpad, Bahas Apa?

Citra Larasati • 12 Agustus 2025 08:00
Jakarta:  Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Departemen Fisika FMIPA bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad) menggelar kuliah umum yang menghadirkan dua ilmuwan kelas dunia. Kedua Ilmuwan dunia tersebut yakni Brian Schmidt, peraih Nobel Fisika 2011 atas penemuan percepatan ekspansi alam semesta, dan Chennupati Jagadish, Presiden Australian Academy of Science (AAS).
 
Forum yang menjadi rangkaian Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 ini menjadi ruang strategis untuk mempertemukan para ilmuwan terkemuka dengan komunitas akademik Indonesia, memperkuat kolaborasi global. Selain itu juga memperkaya wawasan keilmuan nasional, sejalan dengan visi KSTI 2025 untuk membangun SDM unggul, inovatif, dan berdaya saing global menuju Indonesia Emas 2045.
 
Kuliah umum di ITB digelar di ruang heritage Laboratorium Bosscha, Departemen Fisika ruang bergaya teater dengan bangku dan kursi kayu jati antik yang telah digunakan sejak 1924, dilengkapi papan tulis hitam dan kapur tulis. Nuansa historis ini menjadi kontras sekaligus harmonis dengan pembahasan yang berfokus pada tantangan dan peluang masa depan sains dan teknologi.

Brian Schmidt membuka sesi dengan menekankan sifat dinamis dan tak terduga dari masa depan sains. “Saya tidak dapat memprediksi masa depan. Untuk memecahkan masalah yang terus berubah secara dinamis, kita membutuhkan teknik baru,” ujar Schmidt dalam keterangannya, dikutip Selasa, 12 Agustus 2025..
 
Menurutnya, kemampuan beradaptasi dan learning agility adalah keterampilan mutlak yang harus dimiliki ilmuwan dalam merespons perubahan global yang cepat.  Sejalan dengan itu, Jagadish menyoroti pentingnya pendidikan yang memperluas wawasan dan membentuk kelincahan berpikir.

Literasi Sains

Ia menegaskan, literasi sains harus melibatkan seluruh elemen, baik itu pemerintah, perguruan tinggi, industri, media, hingga masyarakat. Ini agar dapat memberikan dampak nyata. “Masyarakat dengan literasi tinggi dapat mengambil keputusan berbasis bukti dan memiliki pola pikir kritis,” tegasnya.
 
Dalam sesi kuliah umum di Unpad, Jagadish membagikan refleksi pribadinya, pencapaian di dunia sains dan rekayasa tak lepas dari kegagalan. Ia memotivasi sivitas akademika dengan sejumlah kiat sukses: memilih bidang yang sesuai passion dan dinikmati (have fun), berpikir positif, bekerja keras, memiliki ketahanan (resilience) dan kegigihan (persistence), menjaga sikap positif, menemukan mentor, serta membangun kolaborasi.
 
You need to push the limit,” ujarnya,
 
Tentang peran mentor, ia berpesan, “Find a mentor who can guide you in the right direction,” karena bimbingan yang tepat dapat mengarahkan langkah menuju kesuksesan. Saat menjawab pertanyaan peserta tentang realisasi mendirikan perusahaan berbasis hasil riset, Jagadish mencontohkan dukungan sistem di Australia bagi dosen yang ingin mengembangkan perusahaan.
 
Di Indonesia, menurutnya, perlu dialog dengan pimpinan universitas untuk mengatur teknis, termasuk mekanisme pendanaan dan pengajuan proposal. Ia juga menegaskan bahwa tidak semua ilmuwan harus memiliki keterampilan kewirausahaan; perbedaan keahlian justru menjadi peluang untuk saling melengkapi.
 
Isu fokus penelitian yang sering berubah akibat permintaan pemberi dana juga mengemuka. Menanggapi hal ini, Jagadish menekankan pentingnya mempertahankan spesialisasi dan keunikan riset.
 
“Dana penelitian yang diperoleh sebaiknya digunakan untuk memperkuat faktor pembeda dan keunggulan riset tersebut,” ujarnya.
 
Sesi di ITB ditutup Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Yudi Darma yang merangkum pesan kedua narasumber sebagai inspirasi strategis. “Ilmu pengetahuan adalah pondasi, dan kolaborasi adalah jembatannya. Keduanya perlu diperkuat untuk menghadapi tantangan global,” ungkapnya.
 
Sementara di Unpad, Wakil Rektor SDM dan Tata Kelola, Prof. Rizki Abdullah memfasilitasi penutupan acara dengan penyerahan cendera mata.  Rangkaian kuliah umum ini tidak hanya memperkaya wawasan sivitas akademika, tetapi juga memperkuat jejaring kerja sama internasional di bidang sains dan teknologi.
 
Baca juga:  Peneliti Boleh Manfaatkan Fasilitas Riset BRIN Secara Gratis, Tapi...

Hasil diskusi akan menjadi masukan penting bagi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dalam merumuskan kebijakan dan program strategis yang mendorong inovasi, literasi sains, dan daya saing bangsa.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan