Kepala Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Papua, Junus Simangungsong, mengungkapkan ada banyak faktor anak tidak sekolah. Seperti tidak ada sekolah dan guru di distrik; ada sekolahnya namun anak-anak tidak mau sekolah karena harus ikut orang tuanya berkebun, bertani, atau mencari uang; terakhir persoalan yang masih banyak, yakni merasa sekolah tidak penting.
Junus mengungkapkan menyusul program pemerintah Wajib Belajar 13 Tahun, pihaknya bakal melakukan intervensi khusus. Ini untuk mendorong anak-anak datang sekolah.
"Kalau bicara angka tidak sekolah, tinggi. Kemudian kita coba kami akan membuat intervensi di dua distirk, Deiyai dan Mappi sebagai bentuk percontohan kami bagaimana penuntasan Wajib Belajar 13 Tahun di dua distrik ini," beber Junus saat berbincang dengan wartawan di kantornya, Selasa, 27 Mei 2025.
Pihaknya bekerja sama dengan Badan Pengarah Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua (BP3OKP) untuk mengintervensi dua distrik tersebut. Junus menuturkan ada sejumlah intervensi yang dilakukan.
Misalnya, membuka Sekolah Satu Atap, Sekolah Terbuka dengan pendekatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), serta kelompok-kelompok pembelajaran atau Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Dia menjelaskan di dua distrik itu, jumlah sekolah dasar sangat banyak, sementara gedung SMP dan SMA sedikit. Melalui Satu Atap, sekolah dapat dibuka untuk jenjang SMP-SMA.
Pihaknya juga bakal memanfaatkan internet untuk menggelar PJJ. "Nah, itu yang mau kita intervensi. Dua distrik ini akan kita dorong semua yang usia sekolah itu kita masukan sekolah," tutur Junus.
Dia menyebut pada tahap awal, pihaknya bakal menentukan lebih dulu sekolah-sekolah yang bakal menjadi Satu Atap, Sekolah Terbuka, atau PKBM. Selanjutnya, bakal mendorong anak-anak datang ke sekolah, salah satunya dengan ajakan Sasako: Sa Sayang Kao, Ayo Sekolah!
Pihaknya juga bakal menggandeng masyarakat untuk mengajar. Dia menyebut ada informasi banyak anak lulusan SMA di dua distrik itu.
Junus menyebut akan sangat baik untuk mengajak masyarakat mengajarkan baca tulis pada anak-anak tidak sekolah. "Paling tidak, bisa lah mereka baca tulis dulu. Siapa tau mereka dengan hati ikhlasnya mau mengajar," ujar dia.
ia memahami bila ada pihak-pihak yang bakal mempertanyakan terkait kualitas sekolah yang diintervensi. Namun, Junus menekankan hal pertama yang penting ialah mendorong anak untuk sekolah sebab banyak sekali anak tidak sekolah.
"Yang penting ini anak-anak sekolah dulu. Anak-anak yang selama ini yang usianya, usianya sekolah, kita wajibkan masuk sekolah. Kalau betul-betul berhasil, ini akan kita terapkan ke distrik lain," tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News