Menag tampil dengan setelan klasik berwarna hijau ala Sang Guru Bangsa Ir Soekarno (Bung Karno). Sementara Sekjen Kamaruddin Amin mengenakan seragam ala Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.
Begitu juga para pejabat eselon I lainnya juga mengenakan kostum ala kepala sekolah, guru agama, hingga guru silat.
"Ya, nostalgia dulu guru-guru memakai pakaian seperti ini. Guru-guru itu tokoh masyarakat, luar biasa. Alhamdulillah, kita sekarang ini memperingati Hari Guru," ujar Menag Nasaruddin dalam sambutannya di hadapan ratusan guru, dikutip dari laman Kemenag, Senin, 24 November 2025.
Menag kemudian memimpin rombongan bersepeda onthel yang dimulai dari halaman kantor Kementerian Agama, lalu menyusuri sekitar Lapangan Banteng, Jakarta, dan melewati jalur kota yang telah disiapkan. Beberapa kali ia melambaikan tangan kepada warga yang menepi untuk melihat rombongan.
Menag mengatakan, kegiatan ini menegaskan pentingnya menghargai seluruh peran para pendidik. Momentum ini menjadi refleksi atas jasa para guru yang membentuk Indonesia hingga seperti sekarang.
“Hari ini adalah hari kegembiraan buat kita semua, karena diakui atau tidak guru telah berhasil menciptakan Indonesia besar seperti sekarang,” ujar Nasaruddin.
Menag juga menyinggung manfaat bersepeda sebagai bagian dari kampanye ekoteologi yang saat ini terus digaungkan oleh Kemenag. “Sepeda itu manfaatnya banyak. Olahraga, bebas polusi, cepat sampai, dan biayanya murah," kata Menag.
Menurutnya, kegiatan bersepeda ini bukan sekadar simbolik, tetapi menjadi cara untuk menghargai perjalanan panjang guru pada masa lalu. Nasaruddin mengatakan bahwa Kemenag memiliki kaitan erat dengan dunia pendidikan.
Selain menaungi banyak sekolah hingga perguruan tinggi, pegawai Kemenag juga banyak berasal dari keluarga guru. “Sepeda onthel ini adalah saksi sejarah. Dulu ayah saya naik sepeda 40 kilometer ke ibu kota kabupaten hanya untuk menerima gajinya. Begitu juga banyak guru dulu berangkat mengajar tanpa motor, hanya bersepeda,” kenangnya.
Nasaruddin lalu mengajak para peserta untuk tidak hanya memuliakan guru, tetapi juga seluruh elemen yang membuat pendidikan berjalan. “Kalau kita bicara sekolah, jangan hanya guru yang kita perhatikan, tapi juga pesuruh sekolah, sekarang cleaning service, guru bantu, kepala sekolah, dan administrator. Satu paket ini harus kita hormati, kita muliakan, karena pendidikan tidak mungkin berjalan tanpa organ-organ itu,” tegasnya.
Selain itu, Nasaruddin mengingatkan bahwa martabat seseorang tidak ditentukan jabatannya, melainkan ketakwaannya. “Yang paling mulia itu adalah orang yang bertakwa. Bisa jadi orang itu pesuruh sekolah yang setiap pagi membuka pintu dan merapikan kelas,” katanya.
Sementara itu, Dirjen Pendis Kemenag, Amien Suyitno mengatakan bahwa pemilihan sepeda onthel dalam kegiatan ini bukan tanpa alasan. Menurut Suyitno, onthel sangat relevan dengan kampanye ekoteologi yang sedang digerakkan oleh Kemenag, karena sepeda ramah lingkungan.
"Inilah yang benar ekoteologi itu. Pertanyaannya, sanggup enggak kita sepanjang hari pakai sepeda onthel? Tapi maksud saya, ini kita ingin bagaimana mengedukasi masyarakat betapa pentingnya ekoteologi, bukan cuma tataran konseptual tapi tataran nyata," tegas Suyitno.
Suyitno lalu menjelaskan tiga filosofi dari sepeda onthel. Pertama, pentingnya menjaga keseimbangan, karena hanya orang yang bisa menjaga keseimbangan yang bisa bersepeda. "Guru-guru kita menjaga keseimbangan. Pak Menteri selalu mengajarkan pada kita pentingnya spiritual, tidak cukup hanya bicara dikit-dikit akademik, dikit-dikit bicara hanya soal yang sifatnya rasional. Memadukan dua hal itu menjadi penting karena itu ciri dari guru Kementerian Agama," tandasnya.
Baca Juga :
HGN 2025, Kuota PPG Guru Agama Naik 1.000 Persen
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id