Ia mencontohkan beberapa negara yang mengekspor produk berdasarkan akar budaya. Misalnya, Amerika Serikat dengan produksi filmnya.
"Produk film ini contoh ekspor kreatif yang sebenarnya adalah akar budaya misal Amerika dengan Hollywoodnya, Jepang dengan anime-nya, Ini kreativitas negaranya, akar budayanya," ujar Teuku dalam forum bertajuk "1 Tahun Prabowo–Gibran: Optimism on 8?onomic Growth" di JS Luwansa Hotel & Convention Center, Jakarta, Kamis, 16 Oktober 2025.
Dia mengatakan Indonesia mestinya bisa melakukan hal yang sama. Indonesia memiliki banyak akar budaya yang bisa digali.
"Dengan akar budaya nusantara ini kita mestinya menggali, supaya ada inovasi dan kreativitas di situ," tutur dia.
Menurutnya, saat ini sudah ada beberapa produk Indonesia yang siap bersaing secara global, misalnya film animasi. "Film animasi asli karya kita ya seperti film Jumbo, lagu, musik kita banyak yang viral di Malaysia, Filipina, Vietnam," ungkap dia.
Selain itu, produk olahan susu seperti yogurt juga memiliki potensi. Begitu pula dengan masakan Padang.
"Produk-produk ini yang kita lakukan pendampingan agar bisa dibuka dii luar negeri, kami berharap tahun depan Restoran Padang kita bisa buka di dua sampai lima negara. Jadi, memang banyak hal yang bisa kita kembangkan dari akar budaya kita," kata Teuku.
Terkait pendampingan produk itu, pihaknya sudah memiliki program Akselerasi Ekspor Kreasi Indonesia (ASIK). Program ini diharapkan mampu menjawab tantangan ekspor Indonesia.
Pegiat ekonomi kreatif di Indonesia diharapkan memanfaatkan program ini agar masyarakat yang memiliki kriya bisa memperluas pasarnya di tingkat global.
Untuk lebih jelas mengenai program ASIK, yuk simak info berikut ini!
Apa itu program ASIK?
Program ASIK adalah inisiatif pemerintah untuk mempercepat ekspor produk ekonomi kreatif Indonesia, melalui proses kurasi, pelatihan ekspor, fasilitasi sertifikasi, business matching, dan pameran internasional. Open call dibuka secara nasional tapi bootcamp dilaksanakan di Jakarta (fesyen), Yogyakarta (fesyen, kriya, kuliner), dan Bali (kuliner).Siapa yang bisa ikut Program ASIK?
Mereka yang bisa ikut program ASIK adalah pelaku usaha kreatif subsektor fesyen, kriya, dan kuliner yang sudah memiliki produk dan brand aktif, serta memiliki kesiapan dan komitmen untuk ekspor.Teuku menjelaskan kriya yang dimiliki pelaku usaha dapat diusulkan saat pendaftaran. Setelahnya, pihak Ekraf menentukan produk mana yang akan mendapatkan pembinaan.
"Setelah pendaftaran itu kemudian dikurasi yang melibatkan akademisi dan praktisi. Kemudian ada bootcamp, setelah itu ada mentoring selama dua bulan, setelah itu ada pitching lewat atase perdagangan ke berbagai negara, sehingga si calon eksportir ini paham situasi negara tujuan," jelas dia.
Tak sampai di situ, produk juga berpotensi dipamerkan di berbagai kegiatan bertaraf internasional, baik di dalam maupun luar negeri. "Jadi ini semua kami lakukan pendampingan," ujar Teuku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id