Ilmuwan diaspora Indonesia, Assistant Professor di Technische Universität Braunschweig, Jerman, Hutomo Suryo Wasisto. Foto/Dok. Pribadi.
Ilmuwan diaspora Indonesia, Assistant Professor di Technische Universität Braunschweig, Jerman, Hutomo Suryo Wasisto. Foto/Dok. Pribadi.

Kualitas Ilmuwan Diaspora Tak Kalah dengan Rektor Asing

Intan Yunelia • 31 Juli 2019 18:10
Jakarta: Wacana pemerintah mengimpor rektor dan dosen mendapat perhatian dari kalangan ilmuwan diaspora.  Berbicara soal kualitas, sejatinya diaspora yang berkiprah di sejumlah perguruan tinggi di luar negeri kualitasnya tak kalah hebatnya dengan dosen dan rektor asing. 
 
“Banyak sekali diaspora Indonesia yang tersebar di negara-negara maju, di mana mereka tidak hanya menjadi profesor kelas dunia yang diakui di bidang dan komunitasnya. Namun juga menjadi leader dari suatu organisasi maupun department yang ada di universitas, maupun di negara tempat mereka bekerja,” kata Ilmuwan diaspora Indonesia yang menjadi Group Leader of optoelectromechanical Integrated Nanosystems for Sensing (OptoSense) di Technische Universität Braunschweig, Jerman, Hutomo Suryo Wasisto saat dihubungi Medcom.id, Rabu, 31 Juli 2019.
 
Baca: Perekrutan Dosen dan Rektor Asing Dieksekusi 2020

Merekrut diaspora, kata Hutomo, memiliki nilai tambah. Para ilmuwan diaspora memiliki nilai nasionalisme tinggi dibandingkan rektor asing. Rasa kecintaan terhadap bangsa dan Tanah Air serta rasa ingin berkontribusi terhadap perkembangan pendidikan dan penelitian di Indonesia juga lebih besar.
 
“Dibandingkan dengan rektor asing yang benar-benar tidak punya ikatan darah atau batin terhadap Indonesia. Jangan sampai kita merekrut rektor atau dosen asing yang nantinya akan berkata, ‘Mengapa saya harus memajukan universitas di Indonesia?’,” ujar kelahiran Yogyakarta ini.
 
Secara garis besar, langkah pertama pemerintah untuk perekrutan rektor asing ini bisa dijadikan sebagai batu loncatan saja.  Namun, untuk langkah selanjutnya pemerintah harus mengedepankan diaspora Indonesia.
 
“Untuk ke depannya harus diusahakan dan dikembalikan bahwa orang Indonesialah yang memimpin dan menjadi core dari universitas di Indonesia,” tutur CEO of Indonesian-German Center for Nano and Quantum Technologies (IG-Nano) Technische Universität Braunschweig, Jerman ini.
 
Baca: Regulasi Rekrutmen Rektor Asing Disiapkan
 
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir mengatakan, dirinya mendapatkan dukungan penuh dari Presiden Joko Widodo untuk mendatangkan rektor dan dosen asing ke Indonesia. Rencana ini akan direalisasikan mulai 2020.
 
"Sudah disetujui presiden, saya jalankan. Ini harus berjalan agar perguruan tinggi Indonesia berkualitas di luar negeri dan lulusannya berkualitas," kata Nasir dalam Media Gathering di FX Sudirman, Jakarta, Selasa, 30 Juli 2019.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan