Fenomena ini dikenal secara luas dengan sebutan Cold Moon. Namun, apa sebenarnya makna di balik nama tersebut dan mengapa fenomena ini begitu istimewa dalam catatan astronomi budaya?
Melansir data dari NASA dan The Old Farmer's Almanac, fenomena ‘Cold Moon’ tahun ini dijadwalkan mencapai puncaknya pada tanggal 4 Desember. Sebutan ini berakar dari tradisi penduduk asli Amerika, khususnya Suku Mohawk.
Penamaan ini merujuk pada kondisi klimatologis bulan Desember di mana suhu udara mulai turun drastis dan musim dingin benar-benar mencengkeram wilayah Belahan Bumi Utara. Bagi masyarakat agraris masa lampau, kemunculan Cold Moon adalah penanda alamiah untuk mulai beristirahat dan berlindung dari cuaca ekstrem yang membekukan.
Selain Cold Moon, fenomena ini juga sering disebut sebagai Long Night Moon atau 'Bulan Malam Panjang' merupakan sebuah nama yang berasal dari tradisi Suku Mohican. Julukan ini muncul karena bulan purnama Desember terjadi berdekatan dengan titik balik matahari musim dingin (winter solstice), yaitu malam terpanjang dalam setahun.
Secara visual, Cold Moon memiliki keistimewaan tersendiri. Karena posisi matahari berada di titik terendah di langit selama bulan Desember, bulan purnama justru mengambil lintasan yang tinggi di angkasa. Akibatnya, bulan ini akan tampak bersinar di atas cakrawala untuk durasi yang lebih lama dibandingkan dengan bulan purnama lainnya, menerangi malam-malam panjang di penghujung tahun.
Di luar aspek astronomis, Cold Moon juga dimaknai secara simbolis di berbagai kebudayaan, termasuk tradisi Eropa Kuno yang menyebutnya sebagai Moon Before Yule atau Bulan Sebelum Natal. Fenomena ini dianggap sebagai momen yang tepat untuk refleksi diri, beristirahat (rest), dan melepaskan beban (release) setelah menjalani satu siklus tahunan penuh.
Oleh karena itu Sobat Medcom, apabila langitnya cerah, jangan lewatkan kesempatan untuk menatap bulan di malam-malam ini ya! (Sultan Rafly Dharmawan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News