Taniawati Supali, penerima anugerah Sarwono Award 2025. DOK BRIN
Taniawati Supali, penerima anugerah Sarwono Award 2025. DOK BRIN

Perkuat Riset Nasional, BRIN dan LPDP Akan Terus Berikan Penghargaan Kepada Ilmuwan

Ilham Pratama Putra • 25 Agustus 2025 16:17
Jakarta: Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) berkomitmen memberikan apresiasi terhadap ilmuwan di Indonesia. Pemberian apresiasi salah satunya melalui Sarwono Award.
 
"BRIN dan LPDP berkomitmen untuk memberikan penghargaan berkelanjutan bagi ilmuan terbaik bangsa," kata Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, Senin, 25 Agustus 2025.
 
Sarwono Award merupakan penghargaan dari BRIN bagi ilmuan di Indonesia atas kontribusinya kepada ilmu pengetahuan, teknologi dan kesehatan. Handoko menjelaskan penghargaan ini bukan sekadar memberikan apresiasi, tapi juga membangun budaya ilmiah dan memperkuat riset nasional.

"Kita menegaskan kembali pentingnya kontribusi sains bagi bangsa, sekaligus memberi teladan nyata kepada generasi muda untuk terus berkarya dan berinovasi,” ungkap dia. 
 
Ia berharap kolaborasi dengan LPDP mampu menciptakan iklim riset yang lebih produktif, inovatif, dan berdaya saing di tingkat global. Tahun ini, Sarwono Award dianugerahkan kepada Taniawati Supali, Guru Besar Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI).
 
Taniawati dikenal luas atas risetnya dalam pengendalian filariasis (kaki gajah) dan kecacingan. Riset yang ia lakukan terbukti berdampak besar pada kesehatan masyarakat, khususnya di wilayah terpencil Indonesia.
 
Kontribusinya tidak hanya diakui di tingkat nasional, tetapi juga internasional. Sebelumnya, ia juga menerima penghargaan dari Bill & Melinda Gates Foundation serta Bosscha Medal dari LDE Universities.
 
Baca juga: Taniawati, Guru Besar Parasitologi UI Raih Sarwono Award 2025 
 
Taniawati menyampaikan kaki gajah merupakan salah satu penyakit yang kerap terabaikan. Penyakit ini terjadi di daerah endemis dengan ekonomi masyarakat rendah.
 
"Dan penyakit ini sulit untuk disembuhkan dengan pengobatan. Nah kalau sudah kronis, sudah bengkak, itu obat apa pun sudah tidak bisa menyembuhkan untuk kembali normal," papar Taniawati.
 
Karena itu, pihaknya selalu menekankan pengobatan massal terhadap penyakit kaki gajah. Penyakit ini serupa koloni yang akan ditemukan pada satu wilayah tertentu.
 
"Jadi pengobatannya harus massal dan harus dilakukan sebelum terlambat," tegas dia. 
 
Saat ini, Taniawati mengembangkan metode diagnosis berbasis PCR hingga pendekatan berbasis komunitas dalam pengendalian penyakit kaki gajah. Dia sangat bersyukur mendapatkan Sarmono Award 2025. 
 
Baginya, Sarwono Award adalah pemicu untuk terus berkarya lebih lagi. "Untuk masyarakat terutama di daerah yang tertinggal. Karena bidang saya yang melakukan adalah penyakit yang memang terabaikan," kata dia. 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan