Peluncuran Hasil Survei PPIM 2018
Peluncuran Hasil Survei PPIM 2018 "Potret Keberagaman Guru Indonesia", di Jakarta, dokumentasi PPIM.

Potret Keberagaman Guru Indonesia

63% Guru Beropini Intoleran Terhadap Agama Lain

Citra Larasati • 18 Oktober 2018 17:32
?Jakarta: Hasil survey Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah membeberkan hasil temuan yang mengejutkan.  Sebesar 63,07 persen guru terdeteksi memiliki opini intoleran terhadap pemeluk agama dan kepercayaan lain. 
 
Direktur Eksekutif PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Saiful Umam mengatakan, temuan terkait opini intoleran guru terhadap pemeluk agama lain tersebut dibagi menjadi dua alat ukur.  Yakni alat ukur berupa implisit, maupun eksplisit (kuisioner). 
 
Bila dilihat skor opini intoleransi guru dengan menggunakan kuesioner, sebesar 63,07% guru
memiliki opini intoleran pada pemeluk agama lain.  "Sedangkan dengan menggunakan alat
ukur implisit, sebesar 56,90% guru memiliki opini intoleran pada pemeluk agama lain," kata Saiful dalam Executive Summary yang diterima Medcom.id, di Jakarta, Kamis 18 Oktober 2018.

Hasil opini intoleransi pada pemeluk agama lain ini, diukur dengan menggunakan enam pernyataan yang sudah diuji validitas konstruknya.  Di antaranya dengan menggunakan pertanyaan "bolehkah nonmuslim mendirikan rumah ibadah di lingkungan tempat tinggal Bapak Ibu?"
 
Selain itu ada juga pertanyaan, Tetangga yang berbeda agama apakah boleh mengadakan acara keagamaan di kediaman mereka?  Kedua contoh pernyataan tersebut memiliki faktor tinggi dalam mengukur opini intoleransi pada pemeluk agama lain.
 
Baca: Anies Ingin Guru Madrasah Jadi Pendidik Abad 21
 
Hasilnya, 56 persen guru tidak setuju bahwa nonmuslim boleh mendirikan tempat ibadah di sekitar tempat tinggalnya. "Sebanyak 21 persen guru juga tidak setuju, tetangga yang berbeda agama boleh mengadakan acara keagamaan di lingkungan kediaman mereka," terang Saiful.
 
Selain opini intoleran, survei ini juga melihat intensi-aksi intoleran guru.  Intensi-aksi intoleran pada pemeluk agama lain ini diukur dengan menggunakan lima pernyataan.  Di antaranya "Apakah mau menandatangani petisi menolak kepala dinas pendidikan yang berbeda agama?".
 
Selain itu juga "Apakah guru mau menandatangani petisi, menolak pendirian sekolah berbasis agama nonIslam di sekitar tempat tinggalnya?" Hasilnya, 29 guru berkeinginan menandatangani petisi menolak kepala dinas berbeda agama.
 
Kemudian 34 persen guru berkeinginan menandatangani petisi, menolak pendirian sekolah berbasis agama nonIslam di sekitar tempat tinggalnya. 
 
Opini Radikal
 
Dalam survei tersebut, juga mengukur kadar opini radikal guru.  Hasilnya menunjukkan, dengan menggunakan kuesioner, sebesar 14.28 persen guru memiliki opini yang sangat radikal dan radikal. Sedangkan dengan menggunakan alat ukur implisit, guru memiliki opini yang sangat radikal dan radikal sebesar 46,09 persen.
 
Baca: Menristekdikti Mengisyaratkan Moratorium di Sejumlah Prodi LPTK
 
Hasil opini radikal guru ini diukur dengan menggunakan enam pernyataan yang sudah diuji
validitas konstruknya. Adapun dua contoh pernyataan tersebut adalah “menganjurkan orang
lain agar ikut berperang mewujudkan negara Islam”.
 
Sedangkan pernyataan lainnya “ikut berjihad di Filipina Selatan, Suriah, atau Irak dalam memperjuangkan berdirinya negara Islam". Kedua contoh pernyataan ini memiliki muatan faktor tinggi dalam mengukur opini radikal guru.
 
Hasil survei ini menunjukkan, 33 persen guru setuju untuk menganjurkan orang lain ikut berperang mewujudkan negara Islam.  "Lalu sebanyak 29 persen guru setuju, untuk ikut berjihad di Filipina Selatan, Suriah, atau Irak dalam memperjuangkan berdirinya negara Islam," tutup Saiful. 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan