Para ayah mengambil rapor anak mereka. DOK Kemendukbangga/BKKBN
Para ayah mengambil rapor anak mereka. DOK Kemendukbangga/BKKBN

Tak Biasa, Para Ayah Ambil Rapor di SDN Pondok Bambu 11 dan SMAN 61 Jakarta

Renatha Swasty • 19 Desember 2025 16:24
Jakarta: Pemandangan berbeda terlihat dalam pembagian rapor di SDN Pondok Bambu 11 dan SMAN 61 Jakarta pada Jumat pagi, 19 Desember 2025. Kegiatan yang biasa didominasi ibu-ibu itu kini berganti suasana dengan deretan para ayah. 
 
Mereka menerjang hujan dan mungkin sebagian izin meninggalkan pekerjaannya untuk duduk di bangku kecil milik anak-anak mereka menunggu giliran berkonsultasi dengan wali kelas. Kehadiran sosok ayah dalam momen krusial sekolah, seperti pengambilan rapor bukan sekadar urusan administratif tetapi penting untuk masa depan anaknya.
 
Hal ini pula yang didorong Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN melalui Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak ke Sekolah (GEMAR). Gerakan ini menjadi simbol pesan penting bahwa ayah dibutuhkan oleh anak tidak hanya urusan finansial. 

“Ini semangat kita untuk memperbaiki anak-anak kita 5 hingga 10 tahun ke depan sebagai generasi penerus bangsa,” kata Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihadji, di depan para ayah yang sedang mengambil rapor anaknya melalui keterangan tertulis, Jumat, 19 Desember 2025. 
 
Hasil Pemutakhiran Pendataan Keluarga (PK) Tahun 2025 menujukkan satu dari empat atau 25,8 persen keluarga yang memiliki anak di Indonesia mengalami kondisi fatherless. Wihaji mengatakan prinsipnya, GEMAR mencoba menjawab isu 25,8 persen anak-anak yang kehilangan sosok ayah. 
 
"Maka, saya minta para ayah minimal dua kali setahun mengambil rapor anak dan mengantar anak sekolah di hari pertama. Ini membuat senang hati anak,” ujar Wihaji. 
 
Bagi anak yang tidak memiliki ayah, Wihaji mengungkap solusinya. Ada sosok ayah pengganti, mereka adalah pakde (paman), bude (tante), mbah (kakek), atau kakak (laki-laki).
 
Wihaji mengatakan keterlibatan ayah di ranah pendidikan dapat memperkuat komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah dalam memantau proses belajar. Ayah yang terlibat dalam pendidikan anak dan remaja membantu meningkatkan motivasi dan hasil belajar. 
 
Keterlibatan aktif ayah dalam pendidikan memiliki dampak psikologis yang masif bagi tumbuh kembang anak. Seorang ayah yang mengambil rapor anaknya di SDN 11 Pondok Bambu, Jakarta, berterima kasih atas adanya program GEMAR. 
 
Ia mengaku telah menerapkan apa saja yang menjadi anjuran untuk mengatasi fatherless. Termasuk soal gawai yang ia khawatirkan akan menjadi pengganti sosok ayah. 
 
“Sampai hari ini anak saya tidak setiap hari pegang gawai. Karena kami menanamkan dia hanya boleh melihat pengetahuan  di gawai dan laptop. Dan itu hanya di hari Jumat hingga Minggu,” beber dia. 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan