SIswa tengah belajar daring. Foto: Medcom.id/Muhammad Syawaluddin
SIswa tengah belajar daring. Foto: Medcom.id/Muhammad Syawaluddin

2022, DAK Fisik Diprioritaskan untuk Optimalkan TIK di Sekolah

Citra Larasati • 01 Juli 2021 14:09
Jakarta:  Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) akan memprioritaskan penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik untuk memenuhi peralatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolah-sekolah. Kebijakan itu akan mulai diterapkan tahun depan.
 
Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (PAUD Dikdasmen), Kemendikbudristek, Jumeri mengatakan, kebijakan ini ditempuh untuk mempercepat laju digitalisasi sekolah.  "Tahun 2022, untuk percepatan digitalisasi sekolah, melihat kejadian selama pandemi. Melihat pentingnya digitalisasi sekolah dan PJJ (Pembelajaran Jarak jauh)," kata Jumeri dalam Webinar Kebijakan PTM Terbatas Menyambut Tahun Ajaran Baru 2021/2022, yang disiarkan secara daring, Kamis, 1 Juli 2021.
 
Menurut Jumeri, masih ada ratusan ribu sekolah yang belum memiliki peralatan TIK memadai.  Sehingga mereka kesulitan dalam melakukan manajerial, pendataan, PJJ, dan Asesmen Nasional. "Asesmen nasional ini penting, agar pelayanan pendidikan semakin baik dan baik. Dengan AN kita bisa melakukan perbaikan untuk layanan berikutnya," ujar Jumeri.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim mengatakan belum memegang data siswa Indonesia yang menurun kualitas membacanya selama satu tahun pandemi covid-19. Namun, kata Nadiem, hal ini akan diketahui melalui Asesmen Nasional (AN) pada September 2021 mendatang.
 
"Asesmen Nasional kita yang akan memetakan mana yang paling ketinggalan," kata Nadiem di SDN 25 Penajam, Penajam Paser Utara, Kaimantan Timur, Rabu, 7 April 2021.
 
Baca juga:  Digitalisasi Sekolah Dasar di Indonesia, Ini yang Harus Diperhatikan
 
Nadiem menyebut, AN juga akan jadi pijakan pemerintah memetakan sekolah mana yang masih membutuhkan dukungan lebih. Setelah itu, pemerintah baru akan memetakan sekaligus menyusun bentuk bantuan yang diperlukan.
 
?Sebelumnya, berdasarkan studi 'Satu tahun Pandemi' yang dilakukan UNESCO, jumlah anak yang mengalami kesulitan membaca dalam satu tahun terakhir ini mengalami lonjakan di seluruh dunia.  Dari 460 juta anak di 2020, meningkat menjadi 584 juta anak atau sebanyak 124 juta anak menurun kemampuan membacanya selama pandemi covid-19.
 
 

 
Masih berdasarkan laporan tersebut, kenaikan sebesar 20 persen tersebut telah menghapus capaian yang diperoleh dalam dua dekade terakhir.  Dikutip dari laman UN News, total angka penutupan sekolah sejak awal pandemi virus korona telah mengganggu kegiatan sekolah selama rata-rata 25 minggu.
 
Kerugian tertinggi diproyeksikan terjadi di wilayah Amerika Latin, Karibia, Asia Tengah dan Asia Selatan.  UNESCO pun menyebut kondisi ini sebagai "bencana generasi".  Untuk itu UNESCO merekomendasikan sejumlah langkah yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan pendidikan.
 
Di antaranya seruan untuk membuka kembali sekolah dengan dukungan yang lebih besar bagi para guru, kemudian inisiatif untuk mencegah siswa putus sekolah, dan percepatan ketersediaan perangkat pembelajaran digital.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan