Rachma meneliti mengenai mikroprotein kurang lebih selama 4 tahun. Dia menjelaskan mikroprotein merupakan protein alternatif yang memiliki kandungan nutrisi protein di antara daging dan kedelai.
Kandungan asam amino yang dimiliki juga lebih lengkap dibandingkan dengan kedelai. Mikroprotein terbuat dari Miselium jamur tempe yang ditumbuhkan pada media cair.
Tekstur hasil panen seperti adonan kue (dough) sehingga mudah untuk dibentuk seperti bakso atau sosis. “Hanya saja masih perlu adanya pengembangan untuk tekstur hasil panen supaya mirip seperti daging ayam,” kata Rachma dikutip dari laman ugm.ac.id, Rabu, 5 Februari 2025.
Rachma menyebut keunggulan dari mikroprotein tidak hanya dari segi nutrisinya saja. Namun, proses pembuatan Mikroprotein cukup singkat yaitu dua hari dengan hasil panen mencapai satu kilogram. Bahkan ukuran reaktor yang dibutuhkan hanya 1×1 meter sehingga tidak memakan tempat.
“Enzim yang terkandung di dalamnya bisa tumbuh dalam berbagai macam substrat contohnya seperti air rebusan kedelai,” jelas dia.
Produksi mikroprotein bisa menanggulangi permasalahan limbah yang dihasilkan industri tempe serta menambah pendapatan bagi pedagang tempe. Saat ini, Rachma tengah membuat model sterilisasi media dan sedang dikaji mendalam untuk reaktor agar dapat lebih sederhana sehingga bisa dikomersilkan.
Baca juga: Guru Besar UGM Raih Penghargaan Remise Des Palmes Académiques dari Pemerintah Prancis |
Riset Rachma tidak hanya membawanya memenangkan penghargaan Hitachi Awards. Sebelumnya, ia sudah beberapa kali memenangkan penghargaan salah satunya L’Oreal – Unesco for Women in Science National Fellowship 2024 Award Academy.
Rachma mengatakan dengan penghargaan ini, dia semakin termotivasi untuk terus memberikan kontribusi nyata terhadap masyarakat. Apalagi, selama pengembangan riset ini ada tantangan tersendiri dalam upaya pengenalan ke masyarakat.
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian ini menyebut masyarakat Indonesia cenderung tidak mudah menerima olahan pangan baru yang dianggap asing atau biasa disebut food neophobia. Padahal, jamur dalam produk mikroprotein sebenarnya sama dengan jamur pada tempe sehingga masyarakat tidak perlu khawatir mengkonsumsi olahan mikroprotein.
“Memang untuk pengolahannya harus dipanaskan terlebih dahulu karena mengandung RNA yang berpotensi menyebabkan asam urat. Namun, produk mikroprotein ini aman untuk dikonsumsi seperti layaknya tempe,” kata dia.
Mikroprotein telah diperkenalkan kepada masyarakat bekerja sama dengan seorang chef untuk mengolah produk tersebut menjadi spaghetti pada Desember 2024. Tanggapan dari masyarakat positif dan banyak yang menyukai olahan mikroprotein.
Mereka berpendapat olahan mikroprotein memiliki tekstur mirip dengan sosis. Rachma berharap riset potensi pangan alternatif yang ia kembangkan bisa berkontribusi menyelesaikan masalah di masyarakat dengan mencari dan memanfaatkan potensi pangan lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id