Tidak hanya bagi orang dewasa, tim Maharesigana UMM juga fokus pada anak-anak yang juga mengalami tantangan tersendiri. Mereka didera rasa bosan dan juga keinginan yang kuat untuk dapat beraktivitas seperti biasa, padahal, keadaan masih belum memungkinkan.
"Layanan dukungan psikososial untuk anak-anak kami berikan dengan membuat jadwal bagi mereka agar tidak jenuh," jelasnya.
Hendra memaparkan, penjadwalan dilakukan meliputi kegiatan senam di pagi hari, asesmen, istirahat, dan mengaji. Ragam kegiatan ini penting agar anak-anak tidak merasa jenuh.
Baca: Keren! Empat Mahasiswa Magister UNAIR Lulus dalam 3 Semester
Pembina Maharesigana UMM, Zakarija Achmat berharap keberadaan para relawan Maharesigana dapat meringankan beban para korban banjir dan tanah longsor. Utamanya dalam sisi psikologis, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.
Ia berharap kehadiran relawan Maharesigana UMM dapat meringankan beban psikologis para penyintas, apalagi relawan juga melakukan pendekatan psikososial. Misalnya, karena para orang dewasa fokus untuk mengembalikan keadaan pada situasi normal, anak-anak menjadi tidak terlalu terperhatikan termasuk dalam pendidikan.
"Teman-teman relawan akan membantu proses pendidikan ini tetap berjalan. Bukan berati menggantikan guru, tapi lebih secara umum. Contohnya seperti story telling," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News