Ilustrasi Vape. DOK Freepik
Ilustrasi Vape. DOK Freepik

Tak Lebih Baik dari Rokok, Pakar Unair Ingatkan Penggunaan Vape Bisa Merusak Paru-Paru

Renatha Swasty • 04 Januari 2024 20:11
Jakarta: World Health Organization (WHO) baru-baru ini melarang penggunaan rokok perasa atau vape karena dapat menimbulkan dampak lebih parah pada kesehatan paru-paru ketimbang rokok konvensional.
 
Pakar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair), Arief Bakhtiar, mengakui awal mula vape diciptakan sebagai pengganti rokok konvensional. Meski dianggap lebih aman ketimbang rokok konvensional, nyatanya sama-sama menimbulkan dampak kerusakan dan peradangan pada paru-paru.
 
“Meskipun bergantinya asap ke uap dinilai lebih aman, namun organ paru-paru tidak dapat toleransi akan hal tersebut. Lama kelamaan juga akan menimbulkan kerusakan bagi tubuh manusia,” ujar Arief dikutip dari laman unair.ac.id, Kamis, 4 Januari 2024.

Alumnus FK Unair itu menyebut belum ada penelitian mendalam mengenai dampak yang ditimbulkan oleh vape. Namun, penelitian dan riset kecil-kecilan terkait dampak vape bagi organ paru-paru sudah dilakukan di Indonesia.
 
Penelitian tersebut menggunakan tikus sebagai media untuk membuktikan dampak asap rokok konvensional dan asap vape. Keduanya menunjukkan sama-sama menimbulkan kerusakan dan peradangan pada paru-paru tikus.
 
“Meskipun belum ada penelitian yang mendalam, ada baiknya kita untuk mengurangi penggunaan rokok konvensional maupun vape. Karena lebih baik mencegah daripada mengobati,” imbau dia.  
 
Arief menyebut penggunaan vape menimbulkan kecanduan lebih tinggi ketimbang rokok konvensional. Pasalnya, vape menggunakan perasa yang menimbulkan rasa nikmat dan kecanduan bagi pengguna.
 
Hal tersebut akan menimbulkan bahaya bila pengguna vape ketergantungan menggunakannya. Hal ini berbanding terbalik dengan awal mula vape diciptakan.
 
“Untuk dapat dikatakan orang tersebut kecanduan tidak ada kadar atau tingkatan tertentu. Jika sekali seseorang merasakan nikotin berapa persen pun akan memiliki kecenderungan kecanduan,” papar dia.
 
Salah satu yang rentan mengalami risiko kecanduan vape merupakan kalangan anak muda. Umumnya, di usia muda mereka memiliki tingkat penasaran tinggi sehingga mulai berani mencicipi rokok atau vape.
 
Hal ini sangat disayangkan karena seharusnya anak muda melek akan kesehatan paru-paru. “Saya harap dengan pernyataan WHO ini menyadarkan masyarakat dan anak muda untuk memperhatikan kesehatan paru-paru. Kuatkan tekad untuk menjadi pribadi yang melek kesehatan paru-paru,” tegas dia.
 
Baca juga: WHO Larang Vape dengan Perasa, untuk Lindungi Anak-anak Salah Satu Alasannya

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan