Batik Semarang tahun 1860, Perusahaan: Von Franquemont; Motif: Dewi Shi Wang Mu, burung burung phoenix dan pohon persik. Dok Undip.
Batik Semarang tahun 1860, Perusahaan: Von Franquemont; Motif: Dewi Shi Wang Mu, burung burung phoenix dan pohon persik. Dok Undip.

Menilik Kisah Perjalanan Batik Semarang dari Sejarawan Undip

Arga sumantri • 16 Maret 2021 20:40

Masa kejayaan batik Semarang terjadi awal abad ke-20, yang dapat dilihat dari banyaknya penduduk pribumi yang mengandalkan mata pencaharian mereka di sektor industri kerajinan batik. Hal itu tercatat dalam laporan pemerintah kolonial Belanda tentang keberadaan industri di berbagai Karesidenan di Jawa. 
 
Pada rentang 1919-1925, jumlah usaha dalam sektor kerajinan batik di Semarang berkembang dalam jumlah unit usaha dan tenaga kerjanya. Dalam Catatan Koloniaal Verslag, pada 1919 di Semarang ada 25 industri batik dengan 58 tenaga terampil dan 176 pekerja kasar. Sementara, pada 1925 jumlah industrinya ada 107 perusahaan dengan 491 tenaga terampil dan 317 tenaga kasar.
 
Perkembangan itu terkait dengan Perang Dunia I yang membuat impor tekstil dari India, Belanda, dan Inggris terhenti. Kebutuhan sandang harus dipenuhi produk lokal, dan batik menjadi pilihannya. Namun, masuknya Jepang pada 1943 merusak semuanya, Kampung Batik menjadi salah satu sasaran pembakaran.

Memang masih ada perusahaan batik yang bertahan, dan berkembang sampai tahun 1970-an seperti 'ASACO' dan Tan Kong Tien Batikkerij milik pengusaha Tionghoa Tan Kong Tien yang menikah dengan salah satu keturunan Hamengku Buwono III, Raden Ayu Dinartiningsih. Tan Kong Tien adalah salah seorang putera dari Tan Siauw Liem, seorang tuan tanah dan mayor di Semarang, yang kekayaan tanahnya meliputi kawasan Bugangan sampai Plewan seluas 90 hektare. Dia memperoleh keahlian membatik dari istrinya yang masih kerabat keraton Jogja.
 
Batik Semarangan bangkit lagi dengan dilakukannya pelatihan di tahun 2006 yang diinisiasi oleh para peneliti dari Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Undip dan didukung pemerintah Kota Semarang. Masa awal kepemimpinan Walikota Hendrar Prihardi kembali mendorong kebangkitan batik Semarang sebagai identitas budaya. 
 
"Pada kondisi seperti sekarang, dibutuhkan bantuan yang lebih konkrit. Selain pendampingan dan pelatihan, bantuan modal dan promosi sangat penting. Apalagi kalau Batik Semarang bisa dipakai sebagai busana seragam di lingkungan Pemkot Semarang, industri kerajinan Batik Semarang ini pasti  akan bergerak lagi," jelasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AGA)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan