Satryo Soemantri Brodjonegoro. Foto: Medcom/Citra Larasati
Satryo Soemantri Brodjonegoro. Foto: Medcom/Citra Larasati

Wawancara Khusus Mantan Mendiktisaintek, Satryo Soemantri Brodjonegoro

Eksklusif! Blak-Blakan di Balik 2 Demo, Resign dan Reshuffle, Satryo: Saya Ikhlas...

Citra Larasati • 07 Maret 2025 15:04
Mantan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Satryo Soemantri Brodjonegoro membuka cerita tentang proses reshuffle dirinya dari Kabinet Merah Putih pada Rabu,19 Februari 2025 lalu.  Termasuk tentang dinamika di balik dua demo yang disebut menjadi pemicu kegaduhan yang berujung pada terlemparnya ia dari kabinet.
 
Juga keputusannya untuk mengundurkan diri dari posisi orang nomor satu di kementerian tersebut di detik-detik menjelang reshuffle. Bagi Satryo, menjalankan tugas sebaik-baiknya memang belum tentu berbuah respon positif.
 
Namun guru besar ITB ini mengaku iklhas.  Keikhlasan yang menjadi energi baginya untuk kembali ke tempatnya semula, yakni kampus.  Dunia mengajar, meneliti, dan sains yang ia cintai.
 
Selengkapnya, kita simak wawancara khusus Medcom dengan Mantan Mendiktisaintek, Satryo Soemantri Brodjonegoro. Berikut petikannya:
 
Q:  Apa kegiatan Anda setelah mengundurkan diri dan reshuffle?
 
A:  Ya, saya kembali ke habitat saya sebagai seorang guru besar, ilmuwan juga, akademisi. Ya, melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti mengajar, penelitian, konsultasi dengan industri, dengan berbagai macam pihak-pihak yang membutuhkan keahlian saya sebagai seorang pendidik, atau seorang peneliti yang punya pengalaman dalam membangun beberapa industri.
 
Q:  Kembali mengajar, di mana saja?
 
A:  Jadi saya yang sudah memang terdaftar itu di ITB, meskipun sudah pensiun tapi masih sebagai guru besar di sana. Kemudian juga di BINUS, juga saya mengajar di situ. Kemudian selain dari Indonesia, saya mendapatkan tugas mengajar di Central South University di China.
 
Kemudian juga saya mendapatkan penugasan juga untuk mengajar di Toyohashi University of Technology di Jepang. Jadi itu yang kadang-kadang masih diminta juga di tempat-tempat lain, tapi yang utama di tempat itu. Jadi masih bolak-balik ke Jepang juga, ke China juga.
 
Q:  Jadi dari dulu memang terbiasa sibuk ya, Prof?
 
A: Iya, karena kalau hidup kita enggak kita sibukkan dengan hal yang bermanfaat kan sayang hidup kita ini.
 
Q:  Sejak Reshuffle, tidak sedikit publik  bertanya-tanya tentang ada apa di balik reshuffle Anda. Banyak yang penasaran tentang panggung belakang reshuffle kemarin. Apa boleh diceritakan kronologinya?
 
A: Jadi hari selasa malam tanggal 18 Februari yang lalu, jam 10 malam, Mayor Teddy ke kediaman saya di Widya Candra. Kemudian beliau bicara, intinya menganggap saya punya kesalahan yang fatal.
 
Yakni tentang terjadinya demo di kantor tanggal 20 Januari 2025, dan terjadinya demo tentang UKT oleh mahasiswa BEM pada tanggal 17 dan 18 Februari 2025.
 
Q:  Oke, jadi ada dua demo yang disoroti ya Prof?
 
A:  Yang beliau anggap fatal adalah dua itu.  Karena Pak Presiden itu alergi dengan demo kata Mayor Teddy. Jadi kalau ada demo, beliau menganggap itu kegaduhan, membuat gaduh suasana.
 
Q: Salah satu demo yang disebut gaduh adalah soal UKT. Bagaimana cerita di balik persoalan efisiensi anggaran dan pernyataan tentang potensi kenaikan UKT tersebut?
 
A:  Ini bermula dari isi raker di DPR yang kebetulan memang rakernya terbuka. Waktu di raker, kami ditanya oleh Ketua Sidang, beliau tanya apakah rakernya mau terbuka atau tidak? Saya bilang terserah pimpinan (pimpinan Komisi X)
 
Beliau mengatakan terbuka saja ya, supaya semua tahu. Saya jawab siap, silakan.
 
Saya ceritakan dari awalnya, ketika ada perintah Presiden untuk efisiensi, dan Kementerian Keuangan kan diminta untuk mengusulkan efisiensi di tiap Kementerian.
 
Kemudian yang kami dapatkan, angka efisiensi yang pertama itu kita harus mengurangi sebesar Rp 22 triliun. Dari Rp57 triliun yang kita punya anggaran dipotong Rp22 triliun.
 
Ketika kita sedang menyusun pemotongan seperti apa, muncul lagi dari Kementerian Keuangan, ternyata hanya Rp14 triliun yang dipotong.  Dari Kementerian Keuangan sudah keluar dengan pos-pos apa saja yang diusulkan dipotong oleh Kementerian.
 
Q:  Itu posisi belum diketok berarti ya?

A:  Belum, kan itu masih usulan. Dipotonglah macam-macam, termasuk misalkan di situ ada potongan beasiswa, pengurangan dari KIP kuliah, bantuan operasional perguruan tinggi dan sebagainya.
 
Saya mencoba untuk menyusun lagi, bagaimana pemotongan ini agar jangan sampai mengganggu dan yang paling saya perjuangkan mati-matian itu untuk alokasi beasiswa dan KIP kuliah agar tidak berimbas pada kenaikan UKT.
 
Kita tahu kalau KIP Kuliah dipotong, kampus-kampus biasanya kemudian menaikkan UKT.
Dengan dalih kan dipotong oleh pemerintah. Kita mesti survive kampusnya. Kasian kalau  mahasiswa tidak dapat beasiswa kan?
 
Saya perjuangkan itu. Nah yang di DPR saya perjuangkan itu. Kementerian kami usul, agar pagu untuk yang beasiswa dan KIP kuliah ini dikembalikan ke pagu semula.  Pagu sebelum dipotong.  Karena kalau dipotong ada kemungkinan kampus akan menaikkan UKT.
 
Saya minta sekali lagi tolong KIP kuliah dan beasiswa itu dikembalikan ke pagu semula. Jangan dipotong.
 
Untuk yang lain kalau mau dipotong, saya setuju. Sesuatu yang tidak mengganggu kegiatan mahasiswa itu. Namun itu memang rapat terbuka, dan diliput juga oleh media. Kemudian disiarkan juga dengan intonasi yang sepertinya heboh.  Ya dapat dimaklumi, itu trik media supaya mendapatkan perhatian dari pemirsa. 
 
Nah itu yang kemudian dianggap oleh Mayor Teddy sebagai suatu kegaduhan fatal.
 
Q:  Di posisi waktu itu, apakah benar-benar alokasi untuk beasiswa dan KIP Kuliah terganggu?
 
A:  Ya kan waktu itu dipotong lumayan besar.  Dari KIP kuliah yang kita anggarkan Rp13 triliun itu sempat dipotong 20 persen.  Artinya begini, bukan dari persoalan besarnya ya.  Tapi, perlu diketahui untuk beasiswa dan KIP Kuliah itu kan sudah ada orang-orangnya (ada penerima beasiswa yang on going), sudah ada jumlah kepalanya.
 
Kalau sampai beasiswa dan KIP kena potong, bisa ada yang enggak dapet sebagian. Pasti protes kan, kasian itu. Kalau pemotongan itu pada alokasi yang tidak ada dampak pada  sama nasib orang, mungkin saya tidak masalah. Tapi ini nasib orang nih.
 
Mereka sudah dikasih beasiswa, tiba-tiba dipotong. Itu yang kami hindari kalau bisa. Supaya perguruan tinggi tetap berjalan dengan baik.  Harapan saya kalau itu enggak dipotong kan mungkin enggak gaduh gitu ya.
 
Tapi waktu malam sebelum reshuffle itu pun saya sudah buat news sticker dan rilis ke media bahwa UKT tidak akan dipotong kok.  Supaya berusaha menghindari persepsi yang salah.
 
 
Q:  Selain karena demo UKT, tadi juga sempat disinggung tentang demo ASN di kantor Kemendiktisaintek. Terkait salah satu ASN yang katanya dipecat, bagaimana kronologi di balik demo tersebut?
 
A:  Kalau demo itu kan yang saya rasakan waktu itu terjadi karena sebelumnya ada orang-orang di kementerian saya yang terlibat dengan praktik-praktik mark up dan korupsi.  Juga ada praktik-praktik menekan vendor untuk memberikan komisi yang berlebihan. Di mana kalau minta komisi terlampau besar kan harga jadi naik.
 
Itu sudah lama sekali terjadi di Kementerian (Kemendiktisaintek). Sebelumnya juga sudah terjadi, itu kan orang-orang lama semua. Waktu saya jadi Menteri, saya ingin membersihkan itu semua.  Karena perintah Presiden Prabowo waktu itu adalah “mereka yang korupsi harus ditindak, kalau tidak begitu (dibersihkan) nanti Bapak (menterinya) yang saya tindak”.  Saya hanya mengikuti perintah beliau (presiden).
 
Sementara orang ini, kalau kita lihat di Instagramnya, setiap tahun mereka dan kelompoknya keliling dunia, kemana-mana, pelesir ke luar negeri.  Ada di Instagramnya itu. Ini enggak mungkin kalau dari gaji biasa bisa seperti itu. Berarti ada indikasi yang tidak beres. Kalau saya biarkan kan saya salah juga.
 
Untuk itu saya pindahkan dia, saya mutasi ke tempat yang tidak terkait dengan kerumahtanggan.  Soalnya selama ini dia di kerumahtanggaan.  Kegiatannya bikin deal dengan vendor-vendor, pengadaan-pengadaan perkantoran dan macam-macam.
 
Ketika saya mutasi, dia bereaksi. Tidak terima kalau dimutasi. Tapi yang di luar dugaan saya kok bisa demo sebesar itu, rapi sekali.  Kalau demo di kantor tidak apa-apa sebenarnya, itu biasa.
 
Tapi yang saya juga tidak terima, mereka menyerang macam-macam isu yang pribadi, itu tidak boleh. Saya lihat kok seperti ini ya. Terlihat ini bukan demo yang spontan, tapi sudah ada rencana sebelumnya yang saya tidak tahu maksudnya apa.
 
Saya coba selesaikan dengan baik di dalam kantor, sebenarnya setelah itu kantor aman.
 
Baca juga:  Eksklusif! Mendiktisaintek Bicara Mahalnya UKT, Beasiswa LPDP hingga Integritas Kampus

 
Q:  Dalam reshuffle diwarnai pengunduran diri, bagaimana kronologinya?
 
A:  Setelah Mayor Teddy mengatakan ada kesalahan fatal, ada dua demo (Demo di Kemendiktisaintek dan Demo UKT) kemudian saya jelaskan kepada beliau bagaimana yang sebetulnya terjadi. Saya ceritakan kepada Mayor Teddy, ada perintah presiden supaya bersih-bersih, dan jangan sampai UKT naik.
 
Kalau di kampanye (pilpres) waktu itu kan kalau perlu pendidikan itu gratis, saya sedang mengawal itu. Tapi karena masih disalahkan juga oleh Mayor Teddy, maka saya minta waktu untuk menghadap Pak Presiden secepatnya, untuk meluruskan itu.
 
Tapi jika nanti presiden tetap menyatakan saya bersalah, ya saya terima.  Namun saya minta  waktu dan kesempatan dulu untuk menjawab, hak jawab kan perlu,
 
Saya dijanjikan untuk ketemu Presiden malam itu, saya tunggu, malam tidak ada kabar, sampai jam 12 malam.  Kemudian saya jaga-jaga kalau jadi ketemu presiden dan jika setelah saya ceritakan yang saya kerjakan, lalu misalnya beliau menyatakan saya tetap salah, maka saya akan mengajukan pengunduran diri.  Itu (pengunduran diri) akan saya lakukan, jika apa yang saya kerjakan ternyata tidak sesuai dengan harapan pemerintah. 
 
Akhirnya malam itu saya bikin, saya siapkan surat pengunduran diri di amplop. Lalu saya tanya lagi ke Mayor Teddy paginya, apakah saya sudah bisa bertemu dengan Presiden? Masih belum juga, ya sudah lah mungkin masih belum bisa bertemu, akhirnya saya sampaikan saja surat pengunduran diri itu ke Setneg.
 
Waktu itu Pak Menteri (Mensesneg) tidak ada, akhirnya saya berikan suratnya ke Kepala Tata Usaha di Kemsetneg. “Tolong sampaikan ke Presiden surat ini”.
 
Sudah sampai suratnya, saya kembali ke kantor, dan wartawan sudah ramai di kantor karena isu reshuffle sudah mulai ramai.  Saya ngomong ke media waktu itu, kalau saya barusan menyerahkan surat pengunduran diri ke presiden.
 
Saya katakan. saya sudah berusaha bekerja keras, sebaik mungkin, kalau tidak sesuai dengan apa yang diinginkan pemerintah, saya mengajukan pengunduran diri. Seperti itu ceritanya.
 
Q: Dalam mengambil Keputusan untuk mengundurkan diri, dengan siapa biasanya Anda bertukar pikiran atau meminta masukan?
 
Ada, istri saya.
 
Q:  Bagaimana waktu itu suasana kebatinannya saat Anda berbincang dengan Istri, Prof?
 
Beliau (istri) kan dulu anggota DPR.  Dua periode zaman dulu. Dari Golkar beliau dulu. Sekarang sudah tidak aktif lagi.  Beliau sangat tahu bagaimana di politik itu kan. Kalau saya kan polos, saya orang kampus kan.  Biasa kan orang kampus itu mikirnya lurus-lurus gitu.
 
Beliau saran ke saya “Mas sebaiknya mengundurkan diri, Kalau memang kita sudah kerja keras, sudah maksimal tapi belum memenuhih keinginan kan artinya nggak cocok. Atau nggak bisa menuhi permintaan, mundur saja Mas”.  Ngobrol berdua saja sama beliau. Beliau sangat membantu saya.
 
Q:  Dari reshuffle ini apa yang paling Anda sesalkan?
 
A:  Ya, memang saya punya harapan. Itu pun juga sebenarnya permintaan dan harapan dari Presiden.  Seperti Sekolah Unggulan Garuda. Terus penciptaan talenta Indonesia yang hebat-hebat dengan LPDP, mengirim mereka ke luar negeri untuk Indonesia Emas.
 
Karena kita punya talenta yang luar biasa. Kampus-kampus juga agar bisa kelas dunia, bagaimana kampus mau saya dorong agar bisa berkelas dunia. Banyak target-target seperti itu. Tapi kalau menyesal sih, tidak ya, kan saya hanya menjalankan perintah.
 
Kemudian ada pertimbangan seperti ini, ya saya harus terima gitu. Dengan harapan kalau Mas Brian ini mau lanjutkan, ya Alhamdulillah. Kalau beliau punya visi lain, ya itu hak beliau sebagai seorang Menteri.
 
Q:  Menyebut-nyebut Prof Brian. Sejauh mana Anda mengenal sosok Profesor Brian Yuliarto?
 
A:  Kami satu almamater, beda jurusan saja. Beliau Teknik Fisika, saya Teknik Mesin. Beliau angkatan jauh di bawah, junior sekali. Mungkin beliau kenal saya lebih banyak, dibandingkan saya kenal beliau.
 
Q:  Pernah bertemu secara in person?
A:  Pernah waktu pemilihan rektor ITB.  Di mana Prof Brian menjadi salah satu calon rektor ITB.  Namun pilihan dari Majelis Wali Amanat, terpilih Pak Tata (Tatacipta Dirgantara)
 
Q: Sejauh mana Anda mengenal sosok Prof. Brian?
 
A:  Saya mengenal sosok beliau hanya waktu kita mengevaluasi ketiga calon ini di Pilrek ITB. Masing-masing punya visi, punya pemikiran, tiga-tiganya baik. Dan waktu kita mau ada pilihan calon rektor, saya tanya pada tiga-tiganya itu, kalau nanti terpilih salah satu, mau enggak yang satu ini diangkat, kemudian yang dua sebagai wakil rektor? Supaya hubungannya utuh.
 
Mereka semua setuju. Siapapun yang terpilih, yang dua akan dijadikan wakil rektor. Itu betul terjadi, memang ketika Prof. Tata terpilih, kemudian Prof. Brian diangkat jadi wakil rektor riset.  Ya saya tahunya Mas Brian dari situ, yang papanrn visi dia, tiga-tiganya baik semua.
 
Q: Sejak Reshuffle apakah sempat berkontak-kontakan dengan Prof Brian?
 
Belum ada kontak.
 
Q:  Kemudian pascareshuffle apakah ada banyak teman-teman yang memberikan dukungan?
 
A: Dukungan ini sangat banyak, bahkan saya tidak sempat balas satu per satu pesan mereka. Karena bertubi-tubi, semua positif, memahami apa yang saya lakukan ini. Dan mendoakan yang terbaik. Banyak jalan untuk berkarya bagi nusa dan bangsa.
 
Q: Kalau Anda diajak lagi untuk masuk ke politik atau pemerintahan, apakah kapok?
 
A: Jadi gini, mungkin bukan masalah minat tidak minat, tapi apakah betul saya bisa bermanfaat, bermakna. Karena gini, saya selama dalam pekerjaan itu kan dulu juga pernah ditawari beberapa posisi-posisi di kementerian.
 
Tapi waktu itu kan saya lihat kalau manfaat saya itu tidak terlalu signifikan, saya bilang saya enggak akan maksimal di situ.  Karena saya tidak bisa mengerjakannya, karena  mungkin bidang saya kan spesifik.
 
Kalau Menteri pendidikan kan saya masih bisa, kalau yang lain kan belum tentu saya bisa. Jadi saya lihat dulu manfaatnya ada enggak. Kalau saya ada manfaatnya, insyaAllah. Kalau saya enggak ada manfaatnya, mungkin saya akan bilang yang lain lebih mampu menjalankannya.
 
Tidak asal terima saja, karena itu akan memberatkan yang menawarkan, kalau tidak puas dan tidak memenuhi keingingan.
 
Q: Kemendiktisaintek itu belakangan lumayan sering kena demo, di antaranya soal BIM (Beasiswa Indonesia Maju) dan Tunjangan Kinerja Dosen, itu duduk perkara dua tuntutan demo itu seperti apa?
 
A: Jadi posisinya itu adalah memang BIM dan Tukin dosen oleh yang terdahulu tidak di-handle dengan baik. Sehingga ada salah informasi, salah paham, kekecewaan dari peserta BIM, karena kuotanya kok tidak memenuhi, beda dengan jumlah yang diterima yang sudah punya LoA (Letter of Acceptance.  Jadi yang punya LoA lebih banyak daripada kuotanya yang ada.
 
Saya waktu itu bilang sama panitia di sana, di sebelah (Kemendikbudristek) kok dulu enggak dibatasi yang terima LoA.  Harusnya dipastikan dong, kuotanya harus sama, jangan ditawari macam-macam, begitu lolos tapi tidak dikasih.
 
Saya selesaikan dengan cara, oke kalau itu yang belum kebagian beasiswa, saya ambil alih di tahun ini, saya berikan lewat LPDP. Mereka protes kan? Di sana enggak ambil sikap apa-apa, ya saya ambil alih.
 
BIM yang tahun 2025 lewat LPDP. Saya cek LPDP dan LPDP siap bantu, selesailah itu.  Enggak ada demo lagi harusnya itu. Paling demonya, kapan keluarnya, Pak? Sabar, sabar.
 
Tukin dosen juga begitu, kembali, yang lalu tidak di-handle dengan baik.  Dibiarkan gantung. Kami, akhirnya saya enggak boleh gantung lagi dong. Kita selesaikan dengan sebaik-baiknya.
 
Proses semuanya, saya ngomong ke Kementerian Keuangan, kita minta anggaran, akhirnya dicadangkan bisa dulu deh, Rp2,5T dulu untuk tahun 2025. Daripada nggak sama sekali ya. Pokoknya kan demo ke saya semua, sudah saya bantu proses, semua mereka sudah tenang. Tapi karena tidak turun juga uangnya, demo ke istana.
 
Tapi kita selesaikan semua pak. Tidak ada yang tidak selesaikan kalau di tempat saya.  Tugas saya kan menyelesaikan masalah.
 
Q: Bagaimana optimisme Anda menanggapi adanya efisiensi anggaran, utamanya juga di Kemendiktisaintek dan duina pendidikan tinggi secara umum?
 
A: Kalau optimis, pasti optimis. Dengan apapun kondisinya optimis. Kecuali tadi yang beasiswa dan KIP kuliah jangan dipotong, Kalau yang lain tetap optimis untuk perform, meskipun misal tidak sebaik seperti yang diharapkan di awal.
 
Karena kan di mana-mana pendidikan itu memang investasi pendidikan itu cukup mahal. Sebenarnya kalau kita juga investasi kan, kalau investasi kecil dapatnya juga kecil ya. Nah, memang mahal. Tapi investasi, artinya apa? Enggak ada kerugian sama sekali kan, akan Kembali di masa depan.
 
Tapi kalau Negara sedang ada kondisi seperti ini, sudah pasti kita menyesuaikan. Meski dipotong kita tetap kok bisa perform. Teman-teman kampus saya ajak ngomong juga oke kok, bisa semua. Siap bantu. Kalau kerja harus optimis.
 
Q:  Sebagai seorang ilmuwan, capaian apa sih yangbelum kesampaian dari seorang Profesor Satryo?
 

A; Ini mimpi yang saya waktu kecil, waktu sudah lulus S1, waktu saya jadi dosen, saya ingin kuliah sekolah sampai S3. Nah, S3 harapan saya saat jadi dosen, supaya mengembangkan ilmu dan pengetahuan dan pendidikan, karena saya punya cita-cita yang sekarang sudah pasti tidak akan kesampaian, yaitu memenangkan hadiah Nobel di bidang saya, gitu.
 
Tapi kan kalau udah seperti ini kondisinya, usia saya juga mungkin sudah tidak muda lagi, mungkin, tapi gak apa-apa. Ya itu cita-cita saya, jadi pemenang hadiah Nobel itu.
 
Tapi ya, mungkin Allah memberikan jalan yang lain. Enggak apa-apa sih. Buat saya semua yang dikasih Allah saya jalankan dengan baik, Yang penting hidup saya ini bermanfaat buat Masyarakat.
 
Q: Lahir di keluarga akademisi, apakah boleh bagikan ceritanya bagaimana membangun lingkungan akademis di keluarga?
 
A; Tidak sengaja, karena eyang kakung saya, bapaknya ayah saya juga seorang guru besar, bahkan beliau pendiri PGRI dan pendiri IKIP Yogyakarta sekarang Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
 
Terus ayah saya juga pendidik dasarnya, beliau dosen di ITB, lalu oleh Pak Soeharto diminta jadi Menteri.  Tugas dosen dulu baru jadi Menteri, pernah rektor juga di UI. Jalani dengan baik, yang penting hidup saya ini bermanfaat untuk masyarakat.
 
Nah, kami tiga bersaudara pun pendidik semua.  Jadi saya di ITB, adik saya di ITB, Bambang  di UI. Jadi ibu saya pernah bilang dan bercanda, kok anaknya dosen semua, enggak ada yang jadi pengusaha. 
 
Dosen itu kan dianggap pendapatannya, rendah. Jadi memang tanpa sengaja dikondisikan sebagai pendidik.  Kalau ada tugas-tugas lain itu tugas tambahan. Tapi tugas utamanya tetap sebagai pendidik.
 
Q:  Jadi akademisi dan ilmuwan, bagaimana sih cara Anda belajar dulu?
 
A: Belajar itu kan harus menjadi satu kesukaan. Jadi banyak baca. Itu kan hal utamanya. Kami dari kecil memang, bertiga ini diberi contoh oleh orang tua yang selalu mau baca. Ayah saya kan di ruang kerja terus, ibu saya kan juga dokter, tapi dia banyak juga belajar.
 
Ya udah, kita melihat, dan kita juga ikut. Jadi kita juga terus belajar. Sekolah yang serius, tapi tetap kegiatan lain ada juga selain belajar ya.  Kalau di rumah, kita kerjakan PR, kita siapkan yang baik. Ada satu semangat untuk berbuat sebaik mungkin. Masa sih enggak bisa jadi yang terbaik di kelas. 
 
Q:  Selain belajar dan berkutat sama ilmu, hobi Anda di waktu santai itu apa ya?
 
A: Hobi waktu santai sebelum sampai usia 50 tahun, saya itu tenis, olahraga. Waktu masih SMA sih, macam-macam olahraganya. 
 
Tapi setelah mahasiswa, ikut macam-macam, setelah menjabat, sampai 50 tahun main tenis.  Setelah 50 tahun, ibu saya dokter kan, kasih masukan kalau setop saja. Karena itu olah raga yang banyak kejutan.  Akhirnya saya, abis itu hanya olahraga jalan kaki, jogging santai. Sampai sekarang.
 
Q: Hobi lain selain olahraga?
 
A: Ya baca. Sehari tidak baca buku itu rasanya ada yang hilang. 
 
Q: Apa Buku favoritnya Anda?
 
A: Buku Sains, sampai sekarang, Bahkan saat jadi Menteri pun, malam pulang kerja saya baca buku sains.  Untuk tahu apa perkembangannya, agar saya tahu bagaimana memajukan sains di negara ini. Indonesia harus bisa dong.
 
Q:  Dari semua yang terjadi belakangan ini, apakah Anda Ikhlas menerima jalan cerita ini?
 
Seperti yang saya ungkap waktu di saat serah terima,  Saya ikhlas, sangat ikhlas. Kenapa ikhlas? Karena saya sudah bekerja yang terbaik.  Saya sudah maksimal, saya mampu seperti itu. Dengan kemampuan saya. Kalau kemudian ada sesuatu, ya harus saya ikhlaskan. Sangat Ikhlas, I have done my best. Kalau ada pertimbangan yang lain, saya hormati. Allah pasti punya cara bagaimana kita bermanfaat untuk masyarakat. 
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan