Haris mengatakan sebagai negara dengan sistem pendidikan terbesar ketiga di Asia dan keempat di dunia, pendidikan tinggi di Indonesia memiliki tantangan. Mulai dari revolusi industri 4.0, revolusi industri 5.0, dan pandemi covid-19.
"Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan digitalisasi pendidikan tinggi, di antaranya Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan Massive Online Open Courses (MOOCS)," kata Haris dalam konferensi Times Higher Education (THE) Digital Universities Asia 2024 di Bali melalui keterangan tertulis, Selasa, 2 Juli 2024.
Kebijakan ini sudah dirasakan oleh 80 persen mayoritas mahasiswa di Indonesia. Haris menyebut keberhasilan penerapan digitalisasi di pendidikan tinggi memerlukan keterlibatan manusia.
Hal ini dikarenakan cara berpikir teknologi yang mengabaikan humanisme, sehingga proses berpikir menjadi terabaikan. Dalam menerapkan digitalisasi di pendidikan tinggi, manusia harus menjadi innovator bukan sekedar pengguna.
“Etika dan sikap belajar positif dalam penggunaan teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) sangat penting untuk meningkatkan interaksi dalam pendidikan. Hal ini sejalan dengan prinsip yang disampaikan oleh UNESCO, bahwa teknologi tidak boleh bertentangan dengan etika,” ujar Haris.
Dia mengatakan etika dalam penggunaan teknologi juga diterapkan untuk penelitian dan pengembangan AI di Indonesia. Staf Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya, Wijaya Kusumawardhana menyampaikan dibutuhkan 9.000.000 talenta bidang digital untuk mendukung transformasi digital berkelanjutan yang sedang dilakukan oleh Kemenkominfo.
“Beberapa program Kemenkominfo yang digalakkan untuk mencapai literasi digital dari tahap paling dasar hingga mahir di Indonesia, antara lain Gerakan Nasional Literasi Digital, Digitalent, dan Digital Leadership Academy. Program ini secara keseluruhan telah mencetak sebanyak lebih dari 23 juta talent selama 5 tahun terakhir,” ujar Wijaya.
Pengembangan AI di Indonesia tidak terlepas dari proses adaptasi dan kolaborasi berbagai pihak. Rektor Universitas Indonesia, Ari Kuncoro mengatakan di dunia yang berubah dengan cepat saat ini, peran pendidikan tinggi mengalami transformasi besar.
Teknologi digital telah menjadi kekuatan pendorong di balik evolusi ini. “Kolaborasi, networking dan diplomasi menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ekonomi digitalisasi pendidikan," ujar Ari Kuncoro.
Konferensi internasional ini menghadirkan 400 peserta dari berbagai institusi pendidikan dan industri digital dari 25 negara. Selain itu, juga tersedia booth informasi yang diisi oleh universitas-universitas di Asia dan start-up, di antaranya Coursera, Turnitin, Inspera, Asia Technology University Network (ATU), Singapore Education Network, Sala, dan Speechsquare yang menampilkan produk inovasi teknologi terkini di bidang pendidikan.
”Saya tertarik dan senang melihat ide humanizing technology, bukan hanya perihal integrasi teknologi demi tujuan ekonomi, melainkan juga meningkatkan kapasitas manusia. Saya bahagia mendengar bahwa pembuat kebijakan memikirkan hal ini juga,” kata Matthew Ferguson, salah seorang peserta yang berasal dari Thailand.
Ini kali kedua Universitas Indonesia menggelar konferensi bergengsi tingkat internasional. Pada 2022, UI menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan QS Higher Ed Summit: Asia Pacific 2022 yang berlangsung pada 8-10 November 2022 di Intercontinental Hotel, Jakarta.
THE Digital Universities 2024 mengusung tema "Inclusive Education for The Digital Age". Acara akan berlangsung hingga 3 Juli 2024.
Baca juga: Optimalkan Digitalisasi Pendidikan Lewat 'Belajar Sekolah Cerdas' |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News