Pemateri dalam kegiatan ini yaitu Tenaga Ahli di Lembaga Pendidikan di Pedalaman Papua (LP4) W. Yektiningtyas, dan Peneliti Ahli Muda bidang kesastraan di Balai Bahasa Provinsi Papua Sriyono, Kedua pemateri menyampaikan materi secara bergantian dan mendampingi peserta selama empat hari.
Firman menjelaskan, proses pemaparan materi dalam kegiatan ini lebih bersifat pendampingan kepada kelompok peserta yang berasal dari satu kampung. Jadi, satu perwakilan kampung membentuk satu kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih mempermudah penggalian potensi kesastraan setiap kampung.
Pemateri memberikan arahan dan penjelasan mengenai topik materi yang diberikan. Setelah itu, para peserta diminta untuk membuat kelompok sesuai dengan asal kampung mereka masing-masing.
Narasumber kegiatan bergantian mendampingi setiap kelompok peserta. Dengan demikian, para peserta saling berbagi dengan narasumber mengenai permasalahan ataupun potensi sastra daerah yang ingin dan dapat mereka kembangkan. Selain itu, peserta juga mempraktikkan sastra daerah yang ingin dikembangkan dan ditampilkan pada akhir kegiatan.
Baca: Nadiem Beberkan Cara Menekan Learning Loss
Pada hari terakhir, setiap kelompok peserta menampilkan sastra daerah yang telah mereka gali dan kembangkan berdasarkan arahan dan bimbingan dari narasumber. Bahkan, para kelompok peserta melengkapi diri mereka dengan peralatan dan perlengkapan yang biasa mereka gunakan dalam penampilan sastra daerah.
"Sastra daerah yang ditampilkan pada akhir kegiatan ini adalah ritual makan bersama, doa pagi bersama dalam bahasa daerah, tarian memanggil ikan, dan tarian adat pengantaran makanan untuk keluarga besan," jelasnya.
Kegiatan ditutup secara resmi oleh Kepala Distrik Depapre, Yahya Yarisetou. Pada kesempatan itu pula, panitia dari Balai Bahasa Provinsi Papua memberikan buku cetakan Balai Bahasa Provinsi Papua kepada setiap peserta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News